Inilahcontoh kasus public relation dan hal lain yang berhubungan erat dengan contoh kasus public relation serta aspek K3 secara umum di Indonesia. Manfaat dan Tujuan Basic First Aid Training dukungan alat peraga dan audio visual.
CrisisPublic Relations : Strategi PR Menghadapi Krisis, Mengelola Isu, Membangun Citra, dan Reputasi Perusahaan oleh: Nova, Firsan Terbitan: (2011) Republic Relations oleh: Firsan Nova Terbitan: (2012)
PosIndonesia, Studi kasus Terhadap Strategi Marketing Public Relations Pospay Kantor Pos Area V Jawa Barat. Penelitian ini mengemukakan tentang bagaimana strategi marketing produk pospay yang dilakukan oleh Kantor Pos Area V Jawa Barat, yang pada jaman sekarang ini banyak orang yang memakai pelayanan jasa dan keuangan untuk menunaikan
CEOSuara Pemerintah.ID, Arief Munajad mengatakan, tema tersebut penting untuk para pelaku kehumasan, di mana saat ini kita sedang dihadapkan pada tantangan pandemi Covid-19 dan juga tantangan era disrupsi akibat meningkatnya perkembangan teknologi media digital. "Posisi public relations memiliki peran penting sebagai jembatan komunikasi antara
PadaJuni 2021, media sosial sedang diramaikan dengan kasus Public Relations yang menangani twitter KAI Commuter Line membalas laporan pelecehan seksual dari khalayaknya dengan tidak beretika. Tanggapanya dinilai tidak memperhatikan hak-hak pihak lain serta tidak menghormati pendapat dan martabat orang lain.
Title Strategi marketing public relations pada promosi dalam membangun citra produk (studi kasus strategi marketing public relation pada promosi dalam membangun citra produk 4G LTE oleh PT XL Axiata Tbk) = Marketing public relations strategy on promotion to build product image (a case study marketing public relations strategy on promotion to build product image of 4G LTE by PT XL Axiata Tbk
Ckm4f. Bisnis Arus Balik via Kereta Api Capai orang, Lebih Banyak Dibanding saat Mudik Arus Balik via Kereta Api Capai orang, Lebih Banyak Dibanding saat Mudik
Jakarta, - Pandemi Covid-19 sudah setahun lebih berlalu sejak kasus pertama resmi diumumkan Presiden Joko Widodo Jokowi pada Maret 2020 lalu. Adanya kebijakan pembatasan sosial berskala besar PSBB juga mengubah pola kerja Public Relations PR. Dalam focus group discussion FGD “Susah-susah gampang bikin jumpa pers di masa Pandemi” Senin 28/6/2021 terungkap bahwa peluang industri public relations bakal semakin cerah terutama menjelang tahun 2022. Menurut Managing Director of Hill+Knowlton Strategies Indonesia Harry Deje prospek PR Agency semakin membaik apabila dibandingkan dengan tahun 2020. “Jauh lebih baik 2021, dari awal tahun itu, bahkan beberapa industri yang tahun 2020 drop jauh itu sudah mulai berani melakukan investasi ulang di PR. Outlook-nya sangat bagus untuk PR industry saat ini,” papar Harry. Karena setelah jatuh pada tahun 2020, tetapi tahun 2021 sangat bagus outlook-nya. “Mudah-mudahan 2022 itu bisa lebih tinggi lagi karena kalau melihat plan-nya dengan vaksinasi sudah roll out, orang sudah semakin kreatif secara teknologi, kelihatannya opportunity-nya akan semakin terbuka,” ujar Harry. Sementara itu Ketua Asosiasi Perusahaan PR Indonesia Jojo S Nugroho menyatakan bahwa pihak asosiasi untuk mendorong PR Industry untuk melakukan pemetaan industri yang secara kinerja masih bagus lalu masuk ke dalamnya. “Soal PR ke depan, saya kira perlahan-lahan kita akan membaik tahun ini. Mungkin kita masih berusaha untuk menentukan posisi, tetapi 2022 tahun depan rasanya, mudah-mudahan sudah membaik dan harapannya sudah back to normal ya,” kata Jojo. “Rasanya hampir dua tahun kita belajar mengatasi krisis ini, ya harusnya bisa kembali ke normal. Kita sudah bisa berkawan dengan pandemi. Live must go on,” pungkas Jojo. Sumber Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Hakikatnya Public Relations merupakan bagian dan bentuk dari kegiatan komunikasi. Namun, komunikasi yang dilakukan oleh Public Relations memiliki perbedaan dengan aktivitas komunikasi lainnya. Public Relations harus dapat menjalin komunikasi yang dibalut dengan kemampuan merencanakan program kerja, menciptakan strategi yang bersinar, dan menjalin hubungan harmonis dengan pihak terkait. Hal tersebut pun dilandasi dengan kekuatan etika Public Relations sehingga dapat menjaga martabat serta nama baik perusahaan, bangsa, dan negaranya. Maka, diperlukannya nilai dan asas moral sebagai pegangan umum yang biasa disebut dengan etika. Setiap profesi pasti memiliki kode etik yang berbeda dan harus ditaati oleh seluruh anggota yang bergabung dalam profesi tersebut. Pada Public Relations, kode etik disebut sebagai kode etik Public Relations atau kode etik kehumasan. Kode etik bersifat mengikat, baik secara normatif maupun sebagai kewajiban moral dalam menjalankan aktivitas kehidupannya di hadapan publik. Kode etik menjadi acuan perilaku dalam pelaksanaan peran role dan fungsi function Public Relations yang secara mutlak diterapkan. Public Relations melaksanakan peran dan fungsinya sesuai dengan kode etik untuk menciptakan citra baik bagi dirinya good performance image sebagai penyandang profesional dan citra baik bagi suatu perusahaan good corporate image yang diwakilinya. International Public Relations Association IPRA menyatakan kode etik Public Relations pada konvensi Venice 1961, yang berisi bahwa Public Relations harus selalu ingat akan profesinya yang sangat berhubungan dengan publik, maka tingkah lakunya akan selalu berpengaruh terhadap penghargaan pada pelaksanaan profesinya. Menumbuhkan komunikasi moral, psikologi, dan intelektual untuk berdialog yang terbuka dan sempurna sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan orang yang berhubungan dengannya. Bertindak dalam keadaan apa pun untuk memperhatikan kepentingan pihak yang terlibat, baik kepentingan organisasi tempat ia bekerja maupun kepentingan publik yang harus dilayani. Kini, Public Relations sedang menghadapi perubahan teknologi komunikasi dan informasi yang sangat revolusioner. Praktek komunikasi Public Relations sebelum kehadiran media sosial cenderung bersifat satu arah, tetapi sekarang komunikasi harus bersifat interaktif. Hal tersebut memengaruhi cara kerja Public Relations dalam berkomunikasi dengan publiknya. Namun, dalam kenyataannya tidak semua perusahaan dan praktisi Public Relations memahami konsekuensi perubahan ini. Masih terdapat praktisi Public Relations dan perusahaan yang gagap menerima perkembangan ini. Pada Juni 2021, media sosial sedang diramaikan dengan kasus Public Relations yang menangani twitter KAI Commuter Line membalas laporan pelecehan seksual dari khalayaknya dengan tidak beretika. Tanggapanya dinilai tidak memperhatikan hak-hak pihak lain serta tidak menghormati pendapat dan martabat orang lain. Bahkan terlihat tidak memperhatikan harga diri seseorang dan kepentingan umum. Tindakannya tidak menunjukkan rasa tanggung jawab dengan keamanan dan kenyamanan khalayaknya sehingga telah melanggar kode etik Public Relations. Sumber Twitter twinklettlestar. Diakses dari pada hari Rabu, tanggal 9 Juni, pukul WIB. ”BTW kejadian nya di alami sama temen Mba kan.?? Bukan sama mba nya ?? kenapa gak langsung lapor Polisi aja Mbanya.? dan kalo lapor polisi si mba nya pun harus ada bukti,” tulis akun CommuterLine Seharusnya Public Relations bertindak melalui pertimbangan yang matang, rasional, objektif, penuh integritas, dan tanggung jawab yang tinggi. Jika tidak, konsekuensinya adalah dapat menciptakan berita yang tidak terkontrol dan sensasional sehingga berdampak merugikan citra baik perusahaan. Berita tersebut pun menyebabkan timbulnya kontroversi dan polemik yang berkepanjangan. Public Relations harus berusaha menciptakan pola dan saluran komunikasi yang dapat memberi arus bebas informasi sehingga publik merasa bahwa mereka selalu mendapatkan informasi yang dipercaya. Serta memberikan publik suatu kesadaran akan keterlibatan pribadinya sehingga terbinanya hubungan yang solid dan harmonis. Saat ini KAI Commuter Line sedang berada di masa krisis. Menurut the situational crisis communication theory yang digagas oleh Timothy W. Coombs dan Holladay, perusahaan harus berupaya melindungi publik dan stakeholders dari kerugian dan kerusakan daripada melindungi reputasi organisasi. Perusahan harus memperhatikan keselamatan dan keamanan publik dan stakeholders serta menjadikannya sebagai prioritas utama dalam menghadapi situasi krisis. Dapat disimpulkan bahwa saat terjadi situasi krisis langkah pertamanya adalah mengatasi akibat krisis yang menimpa para korban. Lalu bertanggung jawab dalam waktu singkat memberikan ganti rugi dan memberikan informasi yang jelas kepada korban mengenai bagaimana proses evakuasi dan kejelasan suatu masalah. Sumber Twitter CommuterLine. Diakses dari pada hari Rabu, tanggal 9 Juni, pukul WIB. Upaya lanjutan atas kasus tersebut adalah KAI Commuter Line mengunggah tweet berupa foto di akun twitter CommuterLine bahwa pihaknya telah bertemu dan secara langsung menyampaikan permohonan maaf kepada pengguna yang mengalami pelecehan seksual di KA 1452 pada 4 Juni 2021. Tidak hanya itu, KAI Commuter Line melakukan pertemuan lanjutan dengan korban yang berlangsung di Stasiun Jatinegara pada 5 Juni 2021. KAI Commuter Line telah menyampaikan sejumlah dukungan data yang diperlukan korban untuk meneruskan laporan ke polisi. Serta berjanji untuk selalu mendampingi proses laporan ke polisi dan selalu menjalin kontak dengan korban. Public Relations dianggap sebagai ujung tombak bagi perusahaan sehingga harus memahami kekuatan dari penerapan etika. Berusaha memberikan penerangan, kualitas terbaik, dan kontribusi positif terhadap perusahaan dan publik. Jangan jadikan kewajiban tetapi jadikan sebagai bentuk pelayanan. Kerjakan lah sesuatu dengan penuh makna, bukan hanya asal kerja! Alifa Aulia Fauzi – Mahasiswi Ilmu Komunikasi 2019
JAKARTA, – Mengutip teori Bill McFarlan dalam bukunya “Drop the Pink Elephant 15 Ways to Say What You Mean and Mean What You Say”, Managing Director IMOGEN PR Jojo S Nugroho mengatakan, ada tiga formula permintaan maaf yang dinilai dapat memuaskan konsumen saat brand/perusahaan saat melakukan kesalahan atau tindakan yang menciderai reputasi. Antara lain, regret, reason dan remedy 3R. Regret bermakna menyesali dengan tulus atas perbuatan yang telah mengecewakan stakeholders. Reason adalah memberikan alasan atas kejadian yang telah terjadi. Sementara remedy merupakan tindak lanjut yang diikuti dengan memberikan solusi kepada pihak-pihak yang dirugikan oleh brand/perusahaan. Menurut Jojo, dalam kasus Eiger, jika merujuk pada teori tadi, perusahaan yang bergerak di bidang di bidang manufaktur dan retail peralatan petualangan di alam terbuka ini baru melakukan dua dari tiga permohonan maaf. Yakni, regret dan reason. Belum sampai ke tahap remedy, atau memberikan solusi. “Inilah yang yang luput dari standby statement yang disampaikan sang CEO di dalam suratnya,” ujarnya. Sebab, ia melanjutkan, permasalahan tidak selesai hanya dengan permintaan maaf, memberikan penjelasan, bahkan sekadar memberikan potongan harga. “Semua orang menunggu tindak lanjut nyata yang akan diambil oleh perusahaan terhadap reviewer mereka,” katanya. Contoh remedy atau tindak lanjut ini bisa dilakukan dengan cara membangun hubungan secara kekeluargaan, memberikan penawaran endorsement, hingga menjatuhkan sanksi kepada pihak yang bertanggung jawab terhadap kejadian tersebut. Jangan Memaksa Menurutnya, di era digital ini, penting bagi para pelaku public relations PR untuk menyadari bahwa perusahaan tidak dapat memaksakan produknya ke konsumen product driven. Sebaliknya, menjual brand sesuai dengan kebutuhan konsumen customer driven. Lainnya yang perlu menjadi perhatian adalah konsumen di era digital seperti sekarang itu saling berinteraksi dan terikat satu sama lain melalui media sosial. Mereka cenderung memiliki jiwa korsa yang tinggi dan bakal saling mendukung apabila terdapat brand/perusahaan yang berperilaku semena-mena kepada salah satu dari mereka. Contoh, masih pada kasus ini. Ketika ada youtuber merasa tidak terima dengan Surat Keberatan yang dilayangkan perusahaan, lalu ia mengunggahnya ke media sosial, maka dalam hitungan detik muncul warganet lain yang merasa senasib/pernah menerima Surat Keberatan serupa dari korporasi bersangkutan. “Akhirnya, isunya menjadi viral, perusahaan pun jadi bahan bullying warganet,” ujar Jojo yang juga menyayangkan respons yang diberikan oleh Eiger terkesan lambat. Pada prinsipnya, kata pria yang juga merupakan Ketua APPRI ini, cara PR melakukan engagement dengan influencer, baik blogger maupun vlogger sama seperti ketika mereka menjalin hubungan baik dengan para rekan media. Artinya, PR tidak bisa mendikte bagaimana cara mereka menulis berita maupun melakukan ulasan produk/brand kita. Berdasarkan teori PESO paid, earned, shared, owned, youtuber yang mengulas suatu produk secara independen—bukan kerja sama—termasuk ke dalam kategori earned media alias promosi gratis. ais
Proses evakuasi korban dan pesawat AirAsia QZ8501 dari hari ke hari mengalami perkembangan. Meski demikian, musibah ini masih menyimpan tanda tanya terkait penyebab jatuhnya pesawat tersebut sebelum kotak hitam airbus itu ditemukan. Musibah airbus maskapai AirAsia sejak hilang kontak pada Minggu, 28 Desember yang lalu ini tidak hanya meninggalkan duka dan rasa kehilangan, tetapi juga banyak hikmah. Salah satunya, pelajaran bagi public relations PR perusahaan ketika mengalami peristiwa krisis dan upayanya melakukan pemulihan merek brand recovery. Pertama, respons cepat. Semenjak dinyatakan secara resmi hilang, pihak AirAsia sigap memberikan respons simpatiknya. Hal ini langsung dilakukan oleh pemimpin tertinggi maskapai yang selama ini memiliki reputasi bagus – baik dari sisi keselamatan maupun ketepatan waktu – yakni Tony Fernandes, CEO AirAsia. Biasanya, saat pelanggan mengalami permasalahan dan kemudian komplain, bila tidak ditanggapi secara cepat, pelanggan akan mengira perusahaan tidak peduli. Bahkan, bisa saja dianggap oleh pelanggan tidak bertanggung jawab. “AirAsia Indonesia regrets to confirm that QZ8501 from Surabaya to Singapore has lost contact at 0724hrs this morning.” Demikian bunyi tweet pertama akun AirAsia yang kemudian diretweet oleh TonyFernandes. Tanpa gegabah, Tony kemudian bersuara melalui akunnya “We will be putting out another statement soon. Thank you for all your thoughts and must stay strong.” Dengan respons cepat tersebut, pelanggan termasuk juga masyarakat umum, mengetahui bahwa pihak terkait dengan musibah tersebut mengetahui kejadian dan tidak tinggal diam. Ini langkah positif AirAsia yang layak diapresiasi. “Keeping positive and staying strong. My heart bleeds for all the relatives of my crew and our passangers. Nothing is more important to us.” Demikian tweet Tony yang lain yang bernada simpatik dan mencoba menenangkan keluarga korban. Kedua, kehadiran fisik. Responsif memang penting. Namun, responsif harus didukung dengan kehadiran nyata di tengah pelanggan. Era sekarang memang menawarkan komunikasi jarak jauh, entah melalui sambungan telepon maupun Internet. Namun, untuk sebuah krisis besar seperti musibah AirAsia ini, kehadiran perusahaan untuk pelanggan mutlak diperlukan. Perusahaan tidak sekadar hadir melalui telepon, Twitter, maupun siaran pers, tetapi hadir secara fisik. Yang menarik dari AirAsia adalah keputusan Tony Fernandes hadir langsung di tengah-tengah pelanggan yang menjadi korban. Jarang-jarang, pemimpin hadir langsung menangani masalah terkait pelanggan. Biasanya, kehadiran diwakilkan oleh bagian PR atau salah satu direksi. Namun, langkah yang patut diacungi jempol, Tony Fernandes hadir langsung ke Juanda, Surabaya. Tony diapresiasi oleh pengamat internasional. Bahkan, dipandang sigap dan responsif ketimbang kasus MH 370. “On my way to Surabaya where most of the passengers are from as with my Indonesian management. Providing information as we get it.”Demikian keputusan Tony melalui Twitter saat menyatakan kehadirannya ke Surabaya. Ketiga, mendengar dan bukan sekadar press release. Kehadiran bagi pelanggan mutlak dilakukan oleh perusahaan di saat krisis. Namun, hadir bukan sembarang hadir. Selain hadir, perusahaan harus bisa melakukan dialog yang mana inti dari dialog adalah mendengarkan pelanggan. Hal inilah yang nampak dari Tony Fernandes. Tony hadir di hampir setiap konferensi pers yang digelar. Selain itu, Tony juga membuka dialog dan merespons setiap pertanyaan, baik dari wartawan maupun keluarga korban. Dalam situasi seperti ini, siaran pers memang tidaklah cukup. Tak jarang, ketika muncul persoalan, perusahaan latah menyebar siaran pers dan biasanya isinya lebih cenderung sebagai pembelaan diri. Siaran pers itu sifatnya satu arah. Tidak ada dialog dan tidak ada proses mendengarkan. Kuncinya proses PR ini terletak pada dialog dan mendengarkan. Sebab itu, konferensi pers tanpa dialog hanya bersifat seperti siaran pers saja. Bahkan, Tony masih saja hadir dalam proses pemakaman salah satu jenazah pramugari Kahirunisa beberapa saat setelah ditemukan oleh Tim Basarnas. Keempat, maaf dan tanggung jawab. Mengucapkan maaf memang tidak gampang. Hal ini juga dipengaruhi oleh cara pandang bahwa musibah atau krisis yang melibatkan merek dianggap sebagai bencana bagi merek tersebut. Padahal, krisis bisa diolah sedemikian rupa sebagai proses memperkuat relasi dengan pelanggannya. Hal salah yang sering dilakukan perusahaan adalah gegabah untuk membela diri. Bahkan, ada yang langsung balik menyalahkan pelanggan atau mencari kambing hitam. AirAsia tidak lupa mengucapkan permintaan maafnya. Hal ini patut diapresiasi. Di era horizontal, inklusif, dan sosial seperti sekarang ini, pernyataan “maaf” merupakan penanda bahwa merek maupun perusahaan itu juga bisa salah seperti halnya manusia. Merek bukanlah sesuatu yang kaku, dingin, dan tak tersentuh. Tetapi, merek juga diposisikan sebagai manusia, yang bisa salah, meminta maaf, dan memperbaiki diri. “Yang pasti saya meminta maaf atas apa yang telah menimpa mereka. Saya adalah pimpinan perusahaan ini, saya harus memikul tanggung jawab. Itulah alasannya kenapa saya di sini. Saya tidak akan lari dari kewajiban,” kata Tony seperti dikutip dari Beritasatu News Channel. Boleh dibilang, AirAsia saat ini dipandang sebagai maskapai berkarakter karena reputasinya terkait keselamatan maupun ketepatan waktu. Sebab itu, karakter ini tidak boleh hilang – atau sekadar lipstik – ketika krisis terjadi. Maaf dan tanggung jawab merupakan bagian penting dari karakter sebuah merek. Brand without character is nothing! Kelima, mengoptimalkan peran media kontemporer. Twitter maupun media sosial masih menjadi saluran komunikasi kontemporer yang mumpuni. Tony pasti menyadari betul peranan akun Twitternya dalam musibah AirAsia. Apalagi posisinya sebagai CEO menjadikan tweet-tweetnya sebagai bahan berita bagi media-media konvensional. Tony memilih Twitter sebagai media pertama untuk menyatakan responsnya beberapa saat setelah QZ8501 dinyatakan hilang kontak. Dengan Twitter ini, sikap dan pernyataan Tony bisa tersebar dengan luas secara viral. Akun AirAsia juga mengubah warna merah menyala menjadi hitam abu-abu sebagai tanda simpati dan duka, baik di Twitter maupun Facebook. Dengan demikian, media sosial masih memiliki peranan sebagai media komunikasi public relations maupun pemasaran yang efektif dan efisien. Demikian Demikian lima pelajaran utama bagi PR dalam kasus AirAsia ini. Sampai tulisan ini diturunkan, proses evakuasi korban dan pesawat masih dilanjutkan. Semoga, Air Asia tetap konsisten sampai proses keseluruhan dinyatakan selesai. Termasuk tetap transparan terhadap seluruh proses investigasi penyebab kecelakaan pesawaat naas tersebut.
kasus public relations terkini