Anemiakehamilan yaitu ibu hamil dengan kadar Hb <11g% pada trimester I dan III atau Hb <10,5g% pada trimester II. Pada tahun 2007, prevalensi anemia pada ibu hamil di negara berkembang 43% dan 12% pada wanita hamil di negara maju. Di Indonesia prevalensi anemia kehamilan relatif tinggi, yaitu 38%-71.5% dengan rata-rata 63,5%. [2]
Anemiaadalah kondisi yang berbahaya bagi ibu hamil. 0. 0. Simpan. Artikel ditulis oleh Debora. Disunting oleh Intan Aprilia.
Anemiapada ibu hamil bisa terjadi akibat kekurangan vitamin B12 atau kekurangan zat besi. Anemia Defisiensi Vitamin B12; Kekurangan sel darah merah dalam tubuh bisa jadi akibat asupan vitamin B12 yang kurang. Ketika dalam keadaan hamil, seorang ibu yang tidak mendapatkan asupan vitamin B12 cukup maka tubuhnya tidak akan mampu mencukupi
Faktoryang menyebabkan anemia pada ibu hamil, adalah sebagai berikut : 1. Umur Ibu. Ibu hamil yang umurnya kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun, sekitar 74,1 % mengalami anemia. Bahaya anemia ini dapat mengancam keselamatan ibu serta janinnya, karena sangat beresiko mengalami pendarahan dan menyebabkan ibu menderita anemia.
MakalahAnemia. Yunita Dwi. Download Download PDF. Full PDF Package Download Full PDF Package. This Paper. A short summary of this paper Anemia berat dengan Hb kurang dari 7gr% 2. Berdasarkan klasifikasi WHO kadar hemoglobin pada wanita hamil dapat dibagi 3 kategori yaitu (Manuaba, 2002): ii 1) Anemia Ringan : Kadar Hb 9 - 11 gr% 2
BABI PENDAHULUAN â€" KTI HIPERTENSI KRONIK DAN ANEMIA DALAM. Gambaran Kejadian Perdarahan Postpartum A 0012. My Creations MAKALAH INERSIA UTERI. Asuhan Keperawatan pada inertia uteri Anna Marlina. Risya S blog makalah Konsep Dasar Distosia. NERDina Distosia nerdyna blogspot com. 3 Community Ners Askep Mioma Uteri.
bwDFVQ. Anemia defisiensi folat terjadi ketika tubuh kekurangan asupan asam folat vitamin B9 dari makanan. Anemia jenis ini juga bisa terjadi akibat malabsorpsi. Malabsorpsi artinya tubuh tidak dapat menyerap asam folat secara efektif sebagaimana mestinya. Hal ini biasanya disebabkan oleh gangguan pencernaan, seperti penyakit celiac. Asam folat merupakan nutrisi yang penting untuk menjaga kesehatan agar menghindari kondisi ini. Fungsi asam folat yaitu untuk membentuk protein baru di dalam tubuh yang menghasilkan sel darah merah dan membentuk DNA pada janin. Mencukupi kebutuhan asam folat dapat mencegah risiko bayi terlahir mengalami cacat tabung saraf seperti spina bifida dan anencephaly hingga 72 persen. 3. Anemia defisiensi vitamin B12 Vitamin B12 diperlukan tubuh untuk membantu produksi sel darah merah. Jika ibu hamil kurang mengonsumsi makanan tinggi vitamin B12, gejala anemia pada ibu hamil bisa muncul sebagai akibatnya. Gangguan pencernaan seperti penyakit celiac dan Crohn juga dapat mengganggu kerja tubuh menyerap vitamin B12 dengan baik. Selain itu, kebiasaan minum alkohol saat hamil juga dapat menyebabkan anemia pada ibu hamil jenis defisiensi vitamin B12. Gejala anemia pada ibu hamil Gejala anemia pada ibu hamil bisa tidak terlihat sehingga tak jarang diabaikan begitu saja. Namun, seiring bertambahnya usia kehamilan, gejalanya bisa semakin memburuk. Kenali dan waspadai gejala anemia pada ibu hamil di bawah ini. Tubuh terasa lemah, letih, dan lesu terus menerus Pusing Sesak napas Detak jantung cepat atau tidak teratur Sakit atau nyeri dada Warna kulit, bibir, dan kuku memucat Tangan dan kaki dingin Sulit berkonsentrasi Penyebab anemia pada ibu hamil Anemia merupakan kondisi yang terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah, lebih rendah daripada batas normalnya. Melansir Mayo Clinic, kondisi ini juga bisa terjadi jika sel darah merah tidak mengandung cukup hemoglobin yang bertugas menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh. Kekurangan darah merah dapat menyebabkan cepat merasa lelah atau lemah karena organ dalam tubuh tidak menerima cukup oksigen dan nutrisi. Anda juga mungkin mengalami gejala lain, seperti sesak napas, pusing, atau sakit kepala. Kondisi ini umumnya diakibatkan oleh masalah kekurangan gizi pada ibu hamil dan dipengaruhi perubahan hormon tubuh yang mengubah proses produksi sel-sel darah. Beberapa kondisi kesehatan selain anemia seperti perdarahan, penyakit ginjal, dan gangguan sistem imun tubuh juga dapat menyebabkan tubuh kekurangan sel darah merah. Faktor yang meningkatkan risiko anemia pada ibu hamil Anemia dapat terjadi pada siapa pun, tapi ibu hamil termasuk orang yang paling rentan mengalaminya. Semua wanita hamil berisiko mengalami anemia. Anemia disebabkan oleh tubuh yang tidak mampu mencukupi kebutuhan pasokan darah, zat besi, dan asam folat yang lebih banyak dari biasanya semasa kehamilan. Anemia juga berisiko pada ibu yang memiliki kondisi di bawah ini. Sedang hamil kembar. Semakin banyak bayi yang dikandung, semakin banyak darah yang dibutuhkan. Dua kali hamil dalam waktu berdekatan. Muntah dan mual di pagi hari morning sickness. Hamil di usia remaja. Kurang mengonsumsi makanan kaya zat besi dan asam folat. Sudah memiliki anemia sejak sebelum hamil. Bahaya anemia pada ibu hamil dan janin Penyakit yang sering disebut dengan istilah kurang darah ini bukanlah kondisi yang bisa sembuh dengan sendirinya. Apabila jumlah sel darah merah dalam tubuh terlalu sedikit, ibu dan janin dapat kekurangan gizi dan oksigen yang akan membahayakan keselamatan mereka. Anemia yang parah saat trimester pertama dilaporkan dapat meningkatkan berbagai masalah di bawah ini. Risiko janin lambat atau janin tidak berkembang dalam kandungan Bayi lahir prematur Memiliki berat badan rendah saat lahir BBLR Nilai APGAR score yang rendah Anemia pada ibu hamil yang parah juga bisa menyebabkan kerusakan organ vital seperti otak dan jantung hingga kematian. Selain itu, anemia dikaitkan dengan risiko keguguran meski belum benar-benar ada penelitian valid yang bisa memastikannya. Kondisi anemia yang dibiarkan terus berlanjut tanpa pengobatan akan memperbesar risiko ibu kehilangan banyak darah selama melahirkan. Kondisi yang membuat ibu hamil perlu transfusi darah Kapan saat yang tepat untuk ibu hamil menerima transfusi darah? Anemia dikatakan masuk stadium berat dan perlu dibawa ke UGD ketika kadar Hb kurang dari 7 g/dL. Ibu hamil dengan kadar Hb sekitar 6 – 10 g/dL juga direkomendasikan mendapatkan transfusi darah segera apabila memiliki riwayat perdarahan postpartum atau gangguan hematologis sebelumnya. Transfusi dibutuhkan apabila anemia menyebabkan kadar Hb ibu hamil turun drastis hingga di bawah 6 g/dL dan Anda akan melahirkan kurang dari 4 minggu. Target transfusi pada ibu hamil secara umum adalah Hb > 8 g/dL Trombosit > /uL Prothrombin time PT 1,0 g/l Namun yang harus diingat, keputusan dokter untuk melakukan transfusi darah tidak semata-mata hanya dengan melihat kadar Hb pada ibu hamil normal atau tidak normal saja. Jika menurut dokter kehamilan Anda stabil alias tidak berisiko meski kadar Hb kurang dari 7 g/dL, Anda tidak memerlukan transfusi darah. Hal tersebut dikutip dari Joint United Kingdom Blood Transfusion and Tissue Transplantation Services Professional Advisory Committee JPAC. Cara mendiagnosis anemia pada ibu hamil Risiko anemia dalam kehamilan dapat dicari tahu lewat tes darah saat cek kandungan saat trimester pertama. Tes ini juga sangat disarankan bagi setiap ibu hamil yang berisiko atau tidak pernah menunjukkan gejala anemia pada awal kehamilannya. Tes darah biasanya meliputi tes hemoglobin mengukur jumlah Hb dalam darah dan tes hematokrit mengukur persentase sel darah merah per sampel. Organisasi Kesehatan Dunia WHO dan CDC di Amerika Serikat mengatakan ibu hamil dikatakan memiliki anemia jika kadar hemoglobinnya Hb pada trimester pertama dan ketiga kurang dari 11 gr/dL atau hematokritnya Hct kurang dari 33 persen. Sementara anemia di trimester kedua terjadi ketika kadar Hb kurang dari 10,5 g/dL atau Hct kurang 32 persen setelah dites. Dokter Anda mungkin akan perlu menjalankan tes darah lain untuk memastikan apakah anemia disebabkan oleh kekurangan zat besi atau karena penyebab lain. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menganjurkan setiap ibu hamil menjalani tes darah, termasuk cek kadar Hb. Idealnya satu kali saat pemeriksaan kandungan pertama di trimester kedua dan sekali lagi pada trimester ketiga. Ini untuk mengetahui apakah Anda mengalami anemia yang kerap terjadi pada ibu hamil. Dokter kandungan nantinya mungkin juga merujuk Anda ke ahli hematologi dokter spesialis masalah dan penyakit darah. Hematolog dapat membantu mengendalikan anemia. Cara mengatasi anemia pada ibu hamil Untuk mengatasi anemia dalam kehamilan, berikut beberapa hal yang perlu dilakukan. 1. Makan makanan bernutrisi khusus Dokter mungkin menyarankan agar Anda mengonsumsi makanan bernutrisi dan bergizi, khususnya yang kaya zat besi dan asam folat setiap hari. Mulanya Anda hanya akan membutuhkan tambahan 0,8 mg zat besi per hari di trimester pertama, hingga 7,5 mg per hari pada trimester ketiga. Sementara itu, peningkatan asupan asam folat per trimeser biasanya berkisar dari 400 – 600 mcg per hari, tergantung anjuran dokter. Melansir American Pregnancy Association, di bawah ini merupakan makanan tinggi zat besi untuk mengatasi anemia pada ibu hamil. Daging sapi atau unggas rendah lemak yang dimasak matang Makanan laut seperti ikan, cumi, kerang, dan udang yang dimasak matang Telur yang dimasak matang Sayuran hijau, misalnya bayam dan kangkung Kacang polong Produk susu yang telah dipasteurisasi Kentang Gandum Sementara itu, di bawah ini merupakan makanan tinggi folat untuk anemia pada ibu hamil. Sayuran daun hijau, seperti bayam, brokoli, seledri, buncis, lobak hijau, atau selada Keluarga jeruk Alpukat, pepaya, pisang Kacang-kacangan, seperti kacang polong, kacang merah, kacang kedelai, kacang hijau Biji bunga matahari kuaci Gandum Kuning telur 2. Mengonsumsi vitamin C lebih banyak Kondisi ini diatasi dengan mengonsumsi sayur dan buah tinggi vitamin C, seperti jeruk, stroberi, kiwi, brokoli, kembang kol, tomat, dan paprika. Vitamin C membantu tubuh menyerap zat besi dari makanan secara lebih efisien. Kebutuhan vitamin C harian juga dapat dipenuhi dengan minum suplemen vitamin C, tetapi sebaiknya konsultasikan dulu ke dokter agar pengobatan terkontrol dengan baik. Namun, mencukupi asupan gizi dari makanan saja mungkin tidak akan cukup buat ibu hamil. Maka, Anda perlu melakukan langkah selanjutnya untuk mengurangi risiko. 3. Minum suplemen Sebagai langkah awal pengobatan anemia pada ibu hamil, dokter akan menyarankan Anda untuk mulai minum suplemen zat besi, vitamin B12, dan asam folat sebagai tambahan vitamin prenatal. Ibu hamil juga bisa minum suplemen sebelum tidur untuk mengurangi risiko mual setelahnya. Jangan lupa minum banyak air setelah menelan vitamin untuk mengurangi anemia pada wanita hamil. CDC merekomendasikan ibu hamil yang memiliki anemia untuk mengonsumsi suplemen besi sebanyak 30 mg per hari sejak cek kandungan pertama kali untuk mencegah anemia defisiensi besi. Sementara untuk suplemen folat anemia pada wanita hamil, WHO dan Kemenkes RI merekomendasikan minum dosisnya sebanyak 400 mcg/hari. Sebaiknya hal ini dilakukan sesegera mungkin begitu akan merencanakan kehamilan dan terus berlanjut hingga 3 bulan setelah melahirkan. Cara mencegah anemia pada ibu hamil Melansir Maternal and Child Health Integrated Program, salah satu cara efektif mencegah anemia pada ibu hamil yaitu mengonsumsi suplemen zat besi. Simak pencegahan anemia saat hamil yang dapat mulai dilakukan dengan mengatur pola makan menjadi lebih baik di bawah ini. Mengonsumsi suplemen asam folat dan zat besi 60 mg zat besi dan 400 mcg asam folat. Mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi tinggi daging, ayam, ikan, telur, dan gandum. Memakan makanan yang kaya akan asam folat kacang kering, gandum, jus jeruk, dan sayuran hijau. Mengonsumsi suplemen dan makanan yang mengandung vitamin C buah dan sayur yang segar. Perhatikan juga bahwa zat besi dari sumber makanan hewani, seperti daging, dapat terserap tubuh lebih baik dibanding zat besi dari sayuran atau buah.
makalah gizi anemiaCourseAcademic year 2021/2022CommentsPreview textMAKALAH GIZI DAN DIETNUTRISI PADA IBU HAMIL DENGAN GANGGUANKEHAMILAN ANEMIADOSEN PEMBIMBING YULI ASTUTI, SKM., MDISUSUN OLEH ALI FAHMI NUGRAHADEANISA ANZANINOVIA DWI NURHALIZHARAHMA WIDIANTIUNIVERSITAS BHAKTI KENCANAJAKARTAJL. Raya Pondok Ranggon No, Ranggon, Cipayung, Jakarta TimurBAB IPENDAHULUANA. LATAR BELAKANGAnemia atau kurang darah sering dikaitkan dengan kondisi lemah, letih, dan lesu akibat kurangnya kandungan zat besi di dalam darah. Tak hanya pada orang dewasa, anak-anak bahkan balita pun bisa terkena anemia. Indonesia jumlah penderita anemia yang berasal dari kelompok anak usia sekolah 6–18 tahun mencapai 65 juta jiwa. Bahkan, jika digabung dengan penderita anemia usia balita,remaja putri,ibu hamil, wanita usia subur, dan lansia, jumlah total mencapai 100 juta jiwa! ”Artinya, secara kasar bisa dikatakan bahwa satu di antara dua penduduk Indonesia menderita anemia. Dalam survei KRT juga terlihat angka kejadian anemia lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Jika anemia terjadi pada anak perempuan, dampaknya tidak hanya bagi anak tersebut melainkan juga generasi selanjutnya. Ini mengingat anak perempuan tersebut kelak akan mengandung dan melahirkan. Anemia bisa disebabkan kondisi tubuh memerlukan zat besi dalam jumlah tinggi, seperti saat hamil,menyusui, masa pertumbuhan anak dan balita, serta masa pubertas. Atau ketika tubuh banyak kehilangan darah seperti saat menstruasi dan pada penderita wasir dan cacing tambang. Mereka yang menjalankan diet miskin zat besi atau pola makan yang kurang baik juga rentan anemia. Sebab lainnya adalah terjadinya gangguan penyerapan zat besi dalam tubuh. Sebenarnya, anemia dapat dicegah dengan mudah. Namun karena masyarakat terlalu menggampangkan, dan menganggap hal itu hanya lemah, letih, dan lesu saja. Padahal, dampak dari anemia ini sangat fatal bahkan menyebabkan kematian bagi ibu hamil B. RUMUSAN MASALAH Anemia merupakan suatu keadaan dimana terjadi penurunan jumlah sel darah merah. Menurut WHO, anemia didefinisikan sebagai Hb hemoglobin kurang 13 g/dl untuk laki-laki dan kurang 12 g/dl untuk wanita. Definisi sangat tergantung pada usia dan jenis kelamin. Definisi yang paling sering dipakai adalah definisi anemia menurut WHO dan CDC Centers for Disease Control and Prevention. Anemia dapat memperburuk kondisi wanita dalam masa kehamilan, persalinan, nifas dan masa selanjutnya. Pengaruhnya bisa menyebabkan abortus keguguran, kelahiran prematur lahir sebelum waktu- nya, persalinan yang lama karena rahim tidak berkontraksi, perdarahan pasca melahirkan, syok serta infeksi pada saat persalinan atau setelahnya. Perdarahan antepartum perdarahan dalam kehamilan yang disebabkan karena lokasi implantasi plasenta ari-ari yang abnormal atau lepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang dapat disertai gangguan pembekuan darah DIC Disseminated Intravascular Coagulation dapat memperberat kondisi anemia saat kehamilan. Dan efeknya akan memberi pengaruh buruk pada bayi, seperti lahir dengan berat lahir rendah sampai kematian perinatal itu, anemia juga dapat menyebabkan gagal jantung. Gagal jantung baru akan terjadi pada seorang wanita jika Hbnya berada pada ukuran kurang dari 4 gr/dl. Hal ini menyebabkan angka kematian ibu masih sangat besar. Diperkirakan dalam 1 jam, 2 ibuBAB IIPEMBAHASANA. DEFINISI ANEMIAAnemia pada wanita tidak hamil didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin yang kurang dari 12 g/dl dan kurang dari 10 g/dl selama kehamilan atau masa nifas. Konsentrasi hemoglobin lebih rendah pada pertengahan kehamilan, pada awal kehamilan dan kembali menjelang aterm, kadar hemoglobin pada sebagian besar wanita sehat yang memiliki cadangan besi adalah 11g/dl atau lebih. Atas alasan tersebut, Centers for disease control 1990 mendefinisikan anemia sebagai kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari 10,5 g/dl pada trimester kedua Suheimi, 2007. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi Fe untuk eritropoesis tidak cukup, yang ditandai dengan gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi serum Serum Iron = SI dan jenuh transferin menurun, kapasitas ikat besi total Total Iron Binding Capacity/TIBC meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta ditempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali. Banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya anemia defisiensi besi, antara lain, kurangnya asupan zat besi dan protein dari makanan, adanya gangguan absorbsi diusus, perdarahan akut maupun kronis, dan meningkatnya kebutuhan zat besi seperti pada wanita hamil, masa pertumbuhan, dan masa penyembuhan dari Pembagian anemia dalam kehamilan Anemia defisiensi besi Terjadi sekitar 62,3 % pada kehamilan. Merupakan anemia yang paling sering dijumpaipada kehamilan. Hal ini disebabkan oleh kurang masuknya unsur besi dan makanan, karena gangguan resorpsi, ganguan penggunaan atau karena terlampaui banyaknya besi keluar dari badan, misalnya pada perdarahan. Keperluan besi bertambah dalam kehamilan terutama pada trimester terakhir. Keperluan zat besi untuk wanita tidak hamil 12 mg, wanita hamil 17 mg dan wanita menyusui 17 mg. Tanda dan gejala - Memiliki rambut yang rapuh dan halus serta kuku tipis,rata, dan mudah patah - Lidah tampak pucat, licin dan mengkilat, berwarna merah daging, stomatitis angularis, pecah-pecah disertai kemerahan dan nyeri sudut mulutCiri-ciri anemia defisiensi besi - Mikrositosis - Hipokromasia - Anemia ringan tidak selalu menimbulkan ciri khas bahkan banyak yang bersifat normositer dan normokrom - Kadar besi serum rendah daya ikat besi serum meningkat Protoporfirin meningkat tidak ditemukan hemosiderin dalam sumsum tulang. Anemia megaloblastik Terjadi pada sekitar 29 % pada kehamilan. disebabkan oleh defisiensi asam folat, jarang sekali karena defisensi vitamin B12. Hal itu erat hubungannya dengan defisensi makanan. Gejala-gejalanya - Malnutrisi - Glositis berat Lidah meradang, nyeri - Diare - Kehilangan nafsu makanCiri-ciri anemia megaloblastik - Megaloblast - promegaloblast dalam darah atau sumsum tulang - anemia makrositer dan hipokrom dijumpai bila anemianya sudah berat. Hal itu disebabkan oleh defisiensi asam folat sering berdampingan dengan defisiensi besi dalam kehamilan Anemia hipoplastik Terjadi pada sekitar 8 % kehamilan. Disebabkan oleh sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru. Etiologi anemia hipoplastik karena kehamilan belum diketahui dengan pasti. Biasanya anemia hipoplstik karena kehamilan, apabila wanita tsb telah selesai masa nifas akan sembuh dengan sendirinya. Dalam kehamilan berikutnya biasanya wanita mengalami anemia hipoplastik lagi. Ciri-ciri pada darah tepi terdapat gambaran normositer dan normokrom, tidak ditemukan ciri-ciri defisiensi besi, asam folat atau vitamin B12. Sumsum tulang bersifat normoblastik dengan hipoplasia eritropoesis yang nyata Anemia hemolitik Terjadi pada sekitar 0,7 % kehamilan. Disebabkan oleh pengancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat daripada pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil, apabila hamil maka biasanya anemia menjadi berat. Sebaliknya mungkin pula kehamilan menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang sebelumnay tidak menderita anemia. Anemia hemolitk dibagi menjadi 2 golongan besar - Disebabkan oleh faktor intrakorpuskuler seperti thalassaemia, anemia sel sabit, sferositosis, eliptositosis, dll. - Disebabkan oleh faktor ekstrakorpuskuler seperti defisiensi G- Fosfat dehidrogenase, leukemia, limfosarkoma, penyakit hati dll. Gejala proses hemolitik - Anemia - Hemoglobinemia - Hemoglobinuria - Hiperbilirubinuria - Hiperurobilirubinuria Penghancuran sel darah merah anemia hemolitik Infeksi HIV Kekurangan zat besi Perdarahan Genetik Kekurangan vitamin B Kekurangan asam folat Pecahnya dinding sel darah merah Gangguan sumsum tulang D. PATOFISIOLOGI ANEMIA PADA KEHAMILAN Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterem serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi ETIOLOGI ANEMIA PADA KEHAMILAN Etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan, yaitu a. Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah. b. Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma. c. Kurangnya zat besi dalam makanan. d. Kebutuhan zat besi meningkat. e. Gangguan pencernaan dan GEJALA KLINIS Wintrobe mengemukakan bahwa manifestasi klinis dari anemia defisiensi besi sangat bervariasi, bisa hampir tanpa gejala, bisa juga gejala-gejala penyakit dasarnya yang menonjol, ataupun bisa ditemukan gejala anemia bersama- sama dengan gejala penyakit dasarnya. Gejala-gejala dapat berupa kepala pusing, palpitasi, berkunang- kunang, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem neurumuskular, lesu, lemah, lelah, disphagia dan pembesaran kelenjar limpa. Pada umumnya sudah disepakati bahwa bila kadar hemoglobin < 7 gr/dl maka gejala-gejala dan tanda-tanda anemia akan DERAJAT ANEMIA Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil, didasarkan pada criteria WHO tahun 1972 yang ditetapkan dalam 3 kategori, yaitu normal ≥11 gr/dl, anemia ringan 8-11 g/dl, dan anemia berat kurang dari 8 g/dl. Berdasarkan hasil pemeriksaan darah ternyata rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil adalah sebesar 11 mg/dl, kadar hemoglobin terendah 7 mg/dl dan tertinggi 14 mg/dl. Kecukupan gizi yang dianjurkan bagi wanita hamilZat Gizi Tidak Hamil Hamil Energi Kal 1900 ± 300 Protein g 44 ± 12 Vitamin A RE 500 ± 200Vitamin C mg 30 ± 10 Asam folat mcg 150 ± 50 Niasin mg 8,4 ± 1, Riboflavin mg 1,0 ± 0, Tiamin mg 0,9 ± 0, Vitamin B12 mcg 1,0 ± 0, Kalsium 600 ± 400 Fosfor 450 ± 200 Iodium 150 ± 25 Besi 25 ± 20 Zinc 15 ± 5H. DAMPAK ANEMIA DEFISIENSI ZAT BESI PADA KEHAMILAN Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah. Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan abortus, partus imatur/prematur, gangguan proses persalinan inertia, atonia, partus lama, perdarahan atonis, gangguan pada masa nifas subinvolusi rahim, daya tahan terhadap infeksi dan stress kurang, produksi ASI rendah, dan gangguan pada janin abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian perinatal, dan lain- lain. I. PENCEGAHAN ANEMIA Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat diperoleh dengan cara mengonsumsi daging terutama daging merah seperti sapi. Zat besi juga dapat ditemukan pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan. Perlu diperhatikan bahwa zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap tubuh daripada zat besi pada sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat besi. Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian suplemen Fe dosis rendah 30 mg pada trimester ketiga ibu hamil non anemik Hb lebih/=11g/dl, sedangkan untuk ibu hamil dengan anemia defisiensi besi dapat diberikan suplemen Fe sulfat 325 mg 60-65 mg, 1-2 kali sehari. Untuk yang disebabkan oleh defisiensi asam folat dapat diberikan asam folat 1 mg/hari atau untuk dosis pencegahan dapat diberikan 0,4 mg/hari. Dan bisa juga diberi vitamin B12 100- 200 mcg/hari J. TIPS PENCEGAHAN DAN PERAWATAN IBU HAMIL DENGAN ANEMIA Kondisi anemia adalah suatu kondisi yang mudah dikendalikan dan diperbaiki bila penyebabnya adalah kekurangan nutrisi atau bahan baku pembentukan hemoglobin. Bila kondisi anemia yang terjadi pada ibu adalahBeberapa penyebab kondisi anemia adalah penyakit serius tertentu. Oleh karena itu jangan meremehkan kondisi anemia yang anda hadapi. Konsultasikan lebih lanjut kondisi yang anda hadapi dan ikutilah nasehat dokter Pedoman menu Berikut ini pedoman untuk menyusun menu bagi ibu hamil - Makan dua kali lebih dari biasanya, bukan hanya dalam jumlah porsi, namun lebih ditekankan pada mutu zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi. - Makanan dapat diberikan 4 - 6 kali waktu makan sesuai dengan kemampuan ibu. Jangan memaksa untuk menghabiskan makanan yang tersaji jika merasa mual, pusing, dan ingin muntah. - Batasi konsumsi makanan berlemak tinggi dan yang merangsang seperti cabe, makanan bergas seperti nangka, nanas dan durian, serta yang beralkohol semacam tape. - Usahakan mengkonsumsi makanan dalam komposisi seimbang, dengan susunan yang meliputi 2 piring nasi 250 g, 90 g daging atau ikan, sebutir telur, 60 g kacang-kacangan, 3 porsi sayur 100 g, 2 porsi buah-buahan 100 g, segelas susu atau yoghurt, atau seiris keju sebagai ganti serta 1 sdm minyak atau lemak. - Berikan minum 1/2 jam sehabis makan. Perbanyak minum air putih, sari buah seperti air jeruk, air tomat, sari wortel, air rebusan kacang hijau sebagai pengganti cairan yang keluar, karena ibu hamil lebih banyak berkeringat dan sering buang air kecil karena kandung kemih yang terdesak oleh pertumbuhan janin. Penting untuk menghindari minuman berkafein seperti kopi, coklat, dan soft drink minuman ringan pemicu hipertensi. - Hindari konsumsi bahan makanan olahan pabrik yang diberi pengawet dan pewarna yang dimasukkan ke dalam bahan pangan, karena dapat membahayakan kesehatan dan pertumbuhan janin, yang sering dihubungkan dengan cacat bawaaan dan kelainan bayi saat lahir. Waspadai tulisan pada kemasan seperti amaranth, potassium nitrit, sodium nitrit, sodium nitrat, formalin, boraks, sianida, rodhamin B, dsb. - Hindari makanan berkalori tinggi dan banyak mengandung gula serta lemak namun rendah kandungan zat gizi, makanan siap saji, makanan kecil, coklat, karena akan mengakibatkan mual dan muntah. - Bagi ibu yang hamil muda, konsumsilah makanan dalam bentuk kering, porsi kecil dan frekuensi sering, misalnya biskuit marie dan jenis-jenis biskuit yang lain, karena biasanya mereka tidak berselera makan. - Hindari konsumsi makanan laut dan daging yang pengolahannya tidak sempurna karena besar risikonya tercemar kuman dan bakteri yang membahayakan. Untuk menghindarinya, masaklah makanan sampai matang benar, dan cuci makanan untuk menjaga kebersihan, terutama buah dan sayuran sampai bersih sebelum dikonsumsi. - Tetap beraktivitas dan bergerak, misalnya dengan jalan santai di pagi Zat-zat gizi pentingZat-zat gizi yang perlu mendapat perhatian dalam konsumsi ibu hamil adalah sebagai berikut - Sumber tenaga, digunakan untuk tumbuh kembang janin dan proses perubahan biologis yang terjadi dalam tubuh yang meliputi, pembentukan sel- sel baru, pemberian makanan dari ibu ke bayi melalui plasenta, serta pembentukan enzim dan hormon penunjang pertumbuhan janin. Kekurangan energi dalam asupan makanan yang dikonsumsi menyebabkan tidak tercapainya penambahan berat badan ideal dari ibu hamil yaitu sekitar 11 - 14 kg. Kekurangan itu akan diambil dari persediaan protein yang dipecah menjadi energi. - Protein, diperlukan sebagai pembentuk jaringan baru janin. Kekurangan asupan protein dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan janin, keguguran, bayi lahir dengan berat badan kurang, serta tidak optimalnya pertumbuhan jaringan tubuh dan jaringan pembentuk otak. - Vitamin, dibutuhkan untuk memperlancar proses biologis yang berlangsung dalam tubuh ibu dan janin. Misalnya, vitamin A diperlukan untuk pertumbuhan, vitamin B 1 dan B 2 sebagai penghasil energi, vitamin B 6 sebagai pengatur pemakaian protein tubuh, vitamin B 12 membantu kelancaran pembentukan sel-sel darah merah. Vitamin C membantu penyerapan zat besi guna mencegah anemia, dan vitamin D untuk membantu penyerapan kalsium. - Mineral, antara lain Kalsium, digunakan untuk menunjang pembentukan tulang dan gigi serta persendian janin. Jika ibu hamil kekurangan kalsium, maka kebutuhan kalsium akan diambilkan dari cadangan kalsium pada tulang ibu. Ini akan mengakibatkan tulang keropos atau osteoporosis. Untuk itu, si ibu perlu mengkonsumsi susu, telur, keju, kacang-kacangan, atau tablet kalsium yang dapat diperoleh saat periksa ke Puskesmas atau klinik. Zat besi, erat berkaitan dengan anemia atau kekurangan sel darah merah sebagai adaptasi adanya perubahan fisiologis selama kehamilan, yang disebabkan oleh ï‚ Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin. ï‚ Kurangnya asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi sehari-hari. ï‚ Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi pada wanita, sehingga tidak mampu menyuplai kebutuhan zat besi dan mengembalikan persediaan darah yang hilang akibat persalinan sebelumnya. Wanita hamil cenderung terkena anemia pada tiga bulan terakhir kehamilannya karena pada masa ini, janin menimbun cadangan zat besi untuk dirinya sendiri sebagai persediaan bulan pertama sesudah lahir. Penanganannya, pertama, menggunakan terapi obat dengan memberikan tablet zat besi ferosulfat 30 - 60 mg per hari, tergantung pada berat ringannya anemia. Kedua, terapi diet dengan meningkatkan konsumsi bahan makanan tinggi besi seperti susu, daging, dan sayuran PENGOBATAN ANEMIA Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi. Sebagian besar tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatuBAB IIIPENUTUPA. KESIMPULANKejadian anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai mengingat anemia dapat meningkatkan risiko kematian ibu, angka prematuritas, BBLR dan angka kematian bayi. Untuk mengenali kejadian anemia pada kehamilan, seorang ibu harus mengetahui gejala anemia pada ibu hamil, yaitu cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun anoreksia, konsentrasi hilang, napas pendek pada anemia parah dan keluhan mual muntah lebih hebat pada kehamilan PUSTAKAMother And Baby Sat, 26 May 2007 Sumber Tabloid Ibu Anak skripsi-tesis womenshealth/faq/ Mochtar, R. 1 998. Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta EGC Saifudin, A. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta YBP-SP Trisno Haryanto, ahli gizi dan dietetik, lulusan Akademi Gizi, Malang
BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Kondisi medis dapat memperburuk kehamilan. Kondisi medis yang paling sering muncul ialah anemia, khususnya anemia yang disebabkan oleh defisiensi besi atau asam fola, penyakit atau galur sel sabit sickle cell trait dan talasemia. Gangguan autoimun, pulmoner, saluran cerna, integument, dan neorologi juga dapat ditemukan. Aspek - aspek terkait kehamilan pada kondisi ini dibahas dalam bagian berikut. Anemia pada kehamilan di Indonesia masih tinggi, dengan angka nosional 65% yang setiap daerah mempunyai variasi gangguan medis yang paling umum ditemui pada masa hamil, mempengaruhi sekurang – kurangnya 20% wanita hamil. Wanita ini memiliki insiden komplikasi puerperal yang lebih tinggi, seperti infeksi, daripada wanita hamil dengan nilai hematologi menyebabkan penurunan kapasitas darah untuk membawa oksigen. Jantung berupaya mengonpensasi kondisi ini dengan meningkatkan curah jantung. Upaya ini meningkatkan kebebasan kerja jantung dan menekan fungsi ventricular. Dengan demikian, anemia yang menyertai komplikasi lain misalnya, preeklampsia dapat mengakibatkan jantung kongestif. Apabila seorang wanita mengalami anemia selama hamil, kehilangan darah pada saat ia melahirkan, bahkan kalaupun minimal, tidak ditoleransi dengan baik. Ia berisiko membutuhkan transfusi darah. Sekitar 80% kasus anemia pada masa hamil merupakan anemia tipe defisiensi besi Arias, 1993. Dua puluh persen 20% sisanya mencakup kasus anemia herediter dan berbagai variasi anemia didapat, termasuk anemia defisiensi asam folat, anemia sel sabit dan talasemia. RUMUSAN MASALAH Bagaimanakah asuhan Keperawatan untuk pasien anemia serta konsep penyakit anemia pada ibu Hamil. 1 TUJUAN Tujuan Umum Untuk memahami dan mempelajari mengenai asuhan keperawatan untuk pasian anemia pada ibu hamil. Tujuan Khusus Untuk dapat mengaplikasikan bagaimana asuhan keperwatan yang benar pada pasien Anemia khususnya pada ibu hamil. METEDOLOGI PENULISAN Kajian pustaka dilakukan dengan mencari literature di internet,jurnal,dan buku. 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DEFINISI Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin Hb, hematokrit atau hitung eritrosit red cell count berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah. Tetapi harus diingat terdapat keadaan tertentu dimana ketiga parameter tersebut tidak sejalan dengan massa eritrosit, seperti pada dehidrasi, perdarahan akut, dan kehamilan. Oleh karena itu dalam diagnosis anemia tidak cukup hanya sampai pada label anemia tetapi harus dapat ditetapkan penyakit dasar yang menyebabkan anemia tersebut. Sudoyo Aru,dkk 2009 Anemia Pada kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin Hb dalam darahnya kurang dari 12 gr% Wiknjosastro, 2002. Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II Saifuddin, 2002. Center for deases control and preventionCDC mendefenisikan anemia pada kehamilan sebagai kadar hemoglobin lebih rendah dari 11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari 10,5 d/dL pada trimester keduaLeveno,2009. Berdasarkan WHO, anemia pada ibu hamil adalah bila Hb kurang dari 11 gr%manuaba, 2007. Dapat disimpulkan bahwa anemia pada kehamilan adalah penurunan kadar sel darah merah Hb dibawah rentang normal,Anemia diindikasikan bila hemoglobin Hb kurang dari 12 g/dl pada wanita yang tidak hamil atau kurang dari 10 g/dl pada wanita hamil. ETIOLOGI 3 Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi Safuddin, 2002. Menurut Mochtar 1998 penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut 1. Kurang gizi malnutrisi 2. Kurang zat besi dalam diit 3. Malabsorpsi 4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain 5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lainlain KLASIFIKASI ANEMIA DALAM KEHAMILAN Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar 1998, adalah sebagai berikut 1. Anemia Defisiensi Zat Besi anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi. a. Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia Saifuddin, 2002. b. Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua Wiknjosastro, 2002. Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg 20 mg intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% Manuaba, 2001. Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli, dilakukan 4 minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut 1 Hb 11 gr% Tidak anemia 2 Hb 9-10 gr% Anemia ringan 3 Hb 7 – 8 gr% Anemia sedang 4 Hb < 7 gr% Anemia berat Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil Manuaba, 2001. 2. Anemia Megaloblastik Anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali karena kekurangan vitamin B12. Pengobatannya a. Asam folik 15 – 30 mg per hari b. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari c. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari d. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan transfusi darah. 3. Anemia Hipoplastik Anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosi. 4. Anemia Hemolitik 5 Anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital. Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Sehingga transfusi darah berulang dapat membantu penderita ini. PATOFISIOLOGI ANEMIA PADA IBU HAMIL Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis destruksi pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah. Lisis sel darah merah disolusi terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah hemolisis segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera. Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin Hb dan sel darah merah eritrosit. Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ pentin 6 MANIFESTASI KLINIS ANEMIAPADA IBU HAMIL Tanda dan Gejala anemia pada kehamilan yaitu 1. Keletihan, malaise, atau mudah megantuk 2. Pusing atau kelemahan 3. Sakit kepala 4. Lesi pada mulut dan lidah 5. Aneroksia,mual, atau muntah 6. Kulit pucat 7. Mukosa membrane atau konjung tiva pucat 8. Dasar kuku pucat 9. Takikardi PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM PADA KEHAMILAN 1. Jumlah darah lengkap JDL hemoglobin dan hemalokrit menurun 2. Jumlah eritrosit menurun AP, menurun berat aplastik; MCV molume korpuskular rerata dan MCH hemoglobin korpuskular rerata menurun dan 7 mikrositik dengan eritrosit hipokronik DB, peningkatan AP. Pansitopenia 3. aplastik. Jumlah retikulosit bervariasi, misal menurun AP, meningkat respons 4. sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis. Pewarna sel darah merah mendeteksi perubahan warna dan bentuk dapat 5. mengindikasikan tipe khusus anemia. LED Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal 6. peningkatan kerusakan sel darah merah atau penyakit malignasi. Masa hidup sel darah merah berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup 7. lebih kerapuhan eritrosit menurun DB. SDP jumlah sel total sama dengan sel darah merah diferensial mungkin meningkat hemolitik atau menurun aplastik. Jumlah trombosit menurun caplastik; meningkat DB; normal atau tinggi 8. hemolitik Hemoglobin elektroforesis mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin. Bilirubin serum tak terkonjugasi meningkat AP, hemolitik. Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. dengan defisiensi masukan/absorpsi Besi serum tak ada DB; tinggi hemolitik TBC serum meningkat DB Feritin serum meningkat DB Masa perdarahan memanjang aplastik LDH serum menurun DB Tes schilling penurunan eksresi vitamin B12 urine AP Guaiak mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan akut / kronis DB. 16. Analisa gaster penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik bebas AP. 17. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi sel mungkin tampak berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal peningkatan megaloblas AP, lemak sumsum dengan penurunan sel darah aplastik. 18. Pemeriksaan andoskopik dan radiografik memeriksa sisi perdarahan perdarahan GI Doenges, 1999. 8 PENATALAKSANAAN MEDIS Tindakan umum 1. Transpalasi sel darah merah. 2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi. 3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah. 4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen 5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada. 6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau. Pengobatan untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya 1. Anemia defisiensi besi Penatalaksanaan Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur. Pemberian preparat fe Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan. 2. Anemia pernisiosa pemberian vitamin B12 3. Anemia asam folat asam folat 5 mg/hari/oral 4. Anemia karena perdarahan mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan transfusi darah. AKIBAT LANJUTAN Pada ibu hamil yang anemia dapat mengalami 1. 2. 3. 4. 5. Keguguran. Lahir sebelum waktunya Berat Badan Lahir Rendah BBLR. Perdarahan sebelum dan pada waktu persalinan. Dapat menimbulkan kematian. 9 10 BAB III ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL DENGAN ANEMIA PENGKAJIAN Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh Boedihartono, 1994. Pengumpulan data klien baik subjektif maupun objektif pada gangguan sistem reproduksi sehubungan dengan anemia tergantung pada penyebab dan adanya komplikasi pada penderita. Pengkajian keperawatan anemia meliputi anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik dan pengkajian psikososial. 1. Identitas Klien dan keluarga penanggung jawab a. Nama b. Umur c. Jenis kelamin Biasanya wanita lebih cenderung mengalami anemia ,disebabkan oleh kebutuhan zatbesi wanita yang lebih banyak dari pria terutama pada saat hamil. d. Pekerjaan Pekerja berat dan super ekstra dapat menyebabkan seseorang terkena anemia dengan cepat seiring dengan kondisi tubuh yang benar-benar tidak fit. e. Hubungan klien dengan penanggung jawab f. agama g. Suku bangsa h. Status perkawinan i. Alamat j. Golongan darah 2. Keluhan Utama keluhan utama meliputi 5L, letih, lesu, lemah, lelah lalai, pandangan berkunangkunang. 3. Riwayat Penyakit Sekarang Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari anemia, yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan apa yang terjadi. Ignatavicius, Donna D, 1995. 4. Riwayat Penyakit Dahulu 11 Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab anemia. Penyakit-penyakit tertentu seperti infeksi dapat memungkinkan terjadinya anemia. tulang 5. Riwayat Penyakit Keluarga Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit darah merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya anemia yang cenderung diturunkan secara genetik Ignatavicius, Donna D, 1995. 6. Riwayat Psikososial Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat Ignatavicius, Donna D, 1995 7. Riwayat Bio-psiko-sosial-spiritual Pengkajian pasien dengan anemia Doenges, 1999 meliputi a. Aktivitas / istirahat Gejala keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak. Tanda takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan. b. Sirkulasi Gejala riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat DB, angina, CHF akibat kerja jantung berlebihan. Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi takikardia kompensasi. Tanda TD peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung murmur sistolik DB. Ekstremitas warna pucat pada kulit dan membrane mukosa konjuntiva, mulut, faring, bibir dan dasar kuku. catatan pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan. Kulit seperti berlilin, pucat aplastik, AP atau kuning lemon terang AP. Sklera biru atau putih seperti mutiara DB. Pengisian kapiler melambat penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi kuku mudah patah, berbentuk seperti sendok 12 koilonikia DB. Rambut kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara c. premature AP. Integritas ego Gejala keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah. Tanda depresi. d. Eleminasi Gejala riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi DB. Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine. Tanda distensi abdomen. e. Makanan/cairan Gejala penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi DB. Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan ulkus pada faring. Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya DB. Tanda lidah tampak merah daging/halus AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12. Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas DB. Stomatitis dan glositis status defisiensi. Bibir selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. DB. f. Neurosensori Gejala sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki AP ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin. Tanda peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik hemoragis retina aplastik, AP. Epitaksis perdarahan dari lubang-lubang aplastik. Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis AP. g. Nyeri/kenyamanan Gejala nyeri abdomen samara sakit kepala DB h. Pernapasan Gejala riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas. Tanda takipnea, ortopnea, dan dispnea. i. Keamanan 13 Gejala riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi. Tanda demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. j. Ptekie dan ekimosis aplastik. Seksualitas Gejala perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore DB. Hilang libido pria dan wanita. Imppoten. Tanda serviks dan dinding vagina pucat. 8. Pemeriksaan Fisik a. Gambaran Umum Perlu menyebutkan 1 Kesadaran penderita apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis tergantung pada keadaan klien. 2 BB sebelum sakit 3 BB saat ini 4 BB ideal 5 Status gizi 6 Status Hidrasi 7 Tanda-tanda vitalTD,Nadi,Suhu dan RR b. Pmeriksaan head toe toe 1 KepalaTidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak adapenonjolan, tidak ada nyeri kepala. 2 Leher Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan ada. 3 MukaWajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak oedema. 4 MataTidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis karena tidak terjadi perdarahan 5 TelingaTes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan. 6 Hidungtak ada pernafasan cuping hidung. 7 Mulut dan FaringTak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat. 8 ThoraksTak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris. 9 Paru Inspeksi ; Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru. Palpasi ;Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama. 14 Perkusi ;Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya. Auskultasi ; Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi. 10 Jantung Inspeksi; Tidak tampak iktus jantung. Palpasi; Nadi meningkat, iktus tidak teraba. Auskultasi ;Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur. 11 Abdomen Inspeksi; Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia. Palpasi; Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba. Perkusi; Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan. Auskultasi ; Peristaltik usus normal  20 kali/menit. 12 Inguinal-Genetalia-Anus Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB. 13 Ekstremitas ; 9. Pemeriksaan Diagnostik a. Jumlah darah rutin. Sampel darah yang diambil dari urat di lengan dinilai untuk darah hitungan. Anemia terdeteksi jika tingkat hemoglobin lebih rendah daripada normal. b. Mungkin ada lebih sedikit sel darah merah daripada normal. Di bawah mikroskop sel mungkin tampak kecil dan pucat daripada biasanya dalam kasus besi kekurangan anemia. c. Ukuran kecil disebut microcytic anemia. Dalam vitamin B12 folat kekurangan sel mungkin tampak pucat tetapi lebih besar daripada ukuran mereka biasa. Ini disebut macrocytic anemia. d. Feritin toko-feritin adalah protein yang toko besi. Jika tingkat darah feritin rendah menunjukkan rendah besi toko dalam tubuh dan membantu mendeteksi besi kekurangan anemia. e. Tes darah termasuk berarti sel volume MCV dan lebar distribusi sel darah merah RDW. f. Retikulosit adalah ukuran dari sel muda. Ini menunjukkan jika produksi RBC tingkat normal. g. Vitamin B12 dan folat tingkat dalam darah-ini membantu mendeteksi jika anemia jika karena kekurangan vitamin ini. h. Analisis sumsum tulang untuk mendeteksi sel dewasa terlalu banyak seperti yang terlihat dalam aplastic anemia atau kanker darah. Kurangnya besi dalam sumsum tulang juga menunjuk ke arah besi kekurangan anemia. 15 DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. 2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang, anoreksia 3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak adekuat mis penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon inflamasi 4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan konsentrasi Hb dan darah, suplai oksigen berkurang. INTERVENSI KEPERAWATAN Dx1 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen Tujuan/Kriteria hasil Melaporkan peningkatan toleransi aktivitastermasuk aktivitas sehari-hari. Intervensi 1. Kaji kemampuan pasien untuk melakukan untuk melakukan tugas/AKS normal. 2. Kaji kehilangan/gangguan keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot. 3. Awasi tekanan darah, nadi, pernapasan selama dan sesudah aktivitas. 4. Berikan lingkungan tenang 5. Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing. 6. Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi. Rasional 1. Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan 2. Menunjukkan perubahan neurologi karena B12mempengaruhi keamanan pasien/resiko cedera. 3. Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung defesiensi dan paru vitamin untuk membawajumlah oksigen adekuat ke jaringan. 4. Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru. 5. Hipotensi postural atau hipoksia serebral dapat menyebabkan pusing, berdenyut dan peningkatan resiko cedera. 16 6. Regangan/stres kardiopulmonal berlebihan/stres dapat menimbulkan kegagalan. Dx2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan. Tujuan/Kriteria hasil Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai laboratorium normal. Intervensi 1. 2. 3. 4. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai. Observasi dan catat masukan makanan pasien. Timbang berat badan tiap hari. Berikan makan sedikit dan frekuensi sering dan/atau makan diantara waktu makan. 5. Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan gejala lain yang berhubungan. 6. Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang diencerkan bila mukosa oral luka. 7. Kolaborasi obat sesuai indikasi, dan suplemen mineral, seperti sianokobalamin vitamin B12, asam folat Flovite; asam askorbat vitamin C, 2. Besi dextran IM/IV. Rasional 1. 2. 3. 4. Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi. Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan. Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi. Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaster. 5. Gejala GI dapat menunjukkan efek anemia hipoksia pada organ. 6. Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral, menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat. 7. Kolaborasi 17 penggantian tergantung pada tipe anemia dan/atau adanya masukan oral yang buruk dan defisiensi yag diidentifikasi. 2. Diberikan sampai defisit diperkirakan teratasi dan disimpan untuk yang tak dapat diabsorpsi atau terapi besi oral, atau bila kehilangan darah terlalu cepat untuk penggantian oral menjadi efektif. Dx3 Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak adekuat mis penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon inflamasi. Tujuan/Kriteria hasil Mngidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi. Intervensi 1. 2. 3. 4. 5. Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh oemberi perawatan dan pasien. Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/ perawatan luka. Tingkatkan masukan cairan adekuat. Pantau suhu, catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam Kolaborasi berikan antiseptic topical, antibiotic sistemik. Rasional 1. Mencegah kontaminasi silang. 2. Menurunkan resiko infeksi bakteri. 3. Membantu dalam pengenceran secret pernafasan untuk mempermudah pengeluaran dan mencegah statis cairan tubuh. 4. Adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan. 5. Mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi local. Dx4 Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan konsentrasi Hb dan darah, suplai oksigen berkurang. Tujuan/Kriteria hasil Intervensi 1. 2. 3. 4. 5. 6. Adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul. Monitor adanya paretase Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau laserasi Gunakan sarung tangan untuk proteksi Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung Kolaborasi pemberian analgetik 18 BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Anemia adalah suatu keadaan di mana jumlah eritrosit yang beredar atau konsentraisi hemoglobin menurun. Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin Hb dalam darahnya kurang dari 12 gr% Wiknjosastro, 2002. Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada 19 trimester II Saifuddin, 2002. Dapat disimpulkan bahwa anemia adalah penurunan kadar sel darah merah Hb dibawah rentang normal, Anemia diindikasikan bila hemoglobin Hb kurang dari 12 g/dl pada wanita yang tidak hamil atau kurang dari 10 g/dl pada wanita hamil. 20 DAFTAR PUSTAKA Bothamley, judy dan Maureen boyle. 2011. Patofisiologi Dalam Kebidanan. Jakarta EGC M, Judith wilkinson dan Nancy R. Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9. Jakarta EGC Kusuma, Hardi dan Amin Huda Nurarif. 2013. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis dan NANDA. Prawirohardjo, Nasional Pelayanan Kesehatan Meternal dan Bina Pustaka. Doenges, Marilynn E, Asuhan Keperawatan 21
Anemia disebabkan karena kurangnya jumlah sel darah merah sehat untuk menghantarkan oksigen ke jaringan dan janin, anemia dapat diketahui bila kadar Hb < 11 mg. Jenis penelitian yang di gunakan adalah survey analitik dengan rancangan cross sectional dan dikumpulkan dengan menggunakan kusioner dengan jumlah sampel sebanyak 158 orang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan gizi, hubungan asupan makanan, dan hubungan kepatuhan konsumsi tablet Fe di Puskesmas Pertiwi Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan anemia p=0,009, ada hubungan asupan makanan dengan anemia p=0,004, dan ada hubungan kepatuhan konsumsi tablet Fe dengan anemia p=0,004. Disarankan kepada ibu hamil agar selalu memperhatikan kandungannya dengan cara menjaga asupan makanannya dan rutin mengkonsumsi tablet Fe selama kehamilan berlangsung, karena berpengaruh pada kesehatan serta tumbuh kembang janin. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Vol. 1, No. 1, Agustus 2019, pp 8-17 Https// Http jika Penerbit LPPM Akademi Keperawatan Yapenas 21 Maros Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Studi Analitik di Puskesmas Pertiwi Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan Anemia Event in Pregnant Women Analytical Study at Pertiwi Health Center in Makassar, South Sulawesi Hariati1, Andi Alim2*, Ali Imran Thamrin3 1,2,3Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Pejuang Republik Indonesia Abstract Anemia is caused by the lack number of red blood cells to distribute oxygen to system and fetus, anemia can be known if the content of Hb < 11 mg. The purpose of this research was to find out the relation of nutrition knowledge, food supply, and obedience in consuming Fe tablet with anemia in Pertiwi Health Center South Sulawesi Province. The type of research used was analytical survey with cross sectional design and collected using questionnaire with total samples of 158 people. The result of this research showed that there was relation of knowledge and anemia p=0,009, there was relation of food supply and anemia p=0,004, and there is relation of obedience in consuming Fe tablet with anemia p=0,004. It is suggested to pregnant mother to always pay attention to the fetus by maintaining the food supply and routinely consume Fe tablets during pregnancy, because it affects the fetus health, growth and development. Keywords anemia, knowledge, food supply, Fe tablet. Abstrak Anemia disebabkan karena kurangnya jumlah sel darah merah sehat untuk menghantarkan oksigen ke jaringan dan janin, anemia dapat diketahui bila kadar Hb < 11 mg. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan gizi, asupan makanan, dan kepatuhan konsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia di Puskesmas Pertiwi Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan. Jenis penelitian yang digunakan adalah survey analitik dengan rancangan cross sectional dan dikumpulkan dengan menggunakan kusioner dengan jumlah sampel sebanyak 158 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan anemia p=0,009, ada hubungan asupan makanan dengan anemia p=0,004, dan ada hubungan kepatuhan konsumsi tablet Fe dengan anemia p=0,004. Disarankan kepada ibu hamil agar selalu memperhatikan kandungannya dengan cara menjaga asupan makanannya dan rutin mengkonsumsi tablet Fe selama kehamilan berlangsung, karena berpengaruh pada kesehatan serta tumbuh kembang janin. Kata Kunci anemia, pengetahuan, asupan makanan, tablet Fe *Korespondensi Andi Alim, Email andi_alimbagu Jurnal Ilmiah Kesehatan JIKA Vol. 1, No. 1, Agustus 2019 9 PENDAHULUAN Masa kehamilan merupakan masa dimana tubuh sangat membutuhkan asupan makan yang maksimal baik untuk jasmani maupun rohani selalu rileks dan tidak stress. Wanita hamil biasanya sering mengeluh, sering letih, kepala pusing, sesak nafas, wajah pucat, dan berbagai macam keluhan lainnya. Semua keluhan tersebut merupakan indikasi bahwa wanita hamil tersebut sedang menderita anemia pada masa kehamilan. Penyakit ini terjadi akibat rendahnya kandungan hemoglobin dalam tubuh semasa mengandung. Angka anemia pada kehamilan di Indonesia cukup tinggi sekitar 67% dari semua ibu hamil dengan variasi tergantung pada daerah masing-masing. Sekitar 10-15% tergolong anemia berat yang sudah tentu akan mempengaruhi tumbuh kembang anak janin dalam rahim Manuaba, 2002. Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin Hb < 11 gr% pada trimester I dan III, sedangkan pada trimester II kadar hemoglobin < 10,5 gr%. Anemia kehamilan di sebut “potentional danger to mother and child” potensi membahayakan ibu dan anak, karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan Bobak, 2005; Manuaba, 2010. Penyebab anemia pada ibu hamil adalah kekurangan zat besi dalam tubuh. Wanita hamil sangat rentan terjadi anemia defisiensi besi karena pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi eritropoietin. Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah eritrosit meningkat. Namun peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga penurunan konsentrasi hemoglobin Hb akibat hemodilusi Cunninggham et al, 2013; Winkjosatro H, 2009. Pengaruh anemia dalam kehamilan dapat berakibat fatal jika tidak segera di atasi diantaranya dapat menyebabkan keguguran, partus prematus, partus lama, atonia uteri dan menyebabkan perdarahan serta syok. Hal tersebut berkaitan dengan banyak faktor yang berpengaruh antara lain status gizi, umur, pendidikan dan pekerjaan Sarwono Prawirohardjo, 2005. Sedangkan pengaruh anemia terhadap hasil kosepsi diantaranya dapat menyebabkan keguguran, kematian janin dalam kandungan, kematian janin waktu lahir, kematian perinatal tinggi, prematuritas dan cacat bawaan Assis Z et al, 2014. Hasil penelitian Ridayanti 2012 menyebutkan bahwa ibu hamil primigravida yang mengalami anemia kehamilan sebesar 44,6% sedangkan ibu multigravida yang mengalami anemia kehamilan sebesar 12,8%. Hal tersebut disebabkan ibu primigravida belum mempunyai pengalaman untuk menjaga kesehatan kehamilan dari kehamilan sebelumnya karena baru pertama kali hamil Farsi et al, 2011. Beberapa pengaruh yang dapat menyebabkan terjadinya anemia kehamilan diantaranya tingkat pengetahuan, status ekonomi dan kepatuhan konsumsi tablet Fe. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ridayanti 2012 menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian anemia pada ibu hamil, hal tersebut disebabkan karena tingkat pengetahuan seseorang akan mempengaruhi kesadaran untuk berprilaku hidup sehat dan membentuk pola pikir yang baik sehingga ibu akan lebih mudah untuk menerima informasi dan memiliki pengetahuan yang memadai Popa et al, 2013. Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang hubungan konsumsi makanan dengan kesehatan tubuh. Ibu hamil dengan pengetahuan gizi baik diharapkan dapat memilih asupan makanan yang bernilai gizi baik dan seimbang bagi dirinya sendiri beserta janin dan keluarga, dengan pengetahuan gizi yangcukup dapat membantu Hariati et al. Vol. 1, No. 1, Agustus 2019 10 seseorang belajar bagaimana menyimpan, mengolah serta menggunakan bahan makanan yang berkualitas untuk dikonsumsi menurut kebutuhannya Hastuti, 1996. Asupan makanan adalah semua makanan dan minuman yang dikonsumsi tubuh setiap hari. Umumnya asupan makanan dipelajari untuk dihubungkan dengan keadaan gizi masyarakat suatu wilayah atau individu. Informas ini dapat digunakan untuk peencanaan pendidikan gizi khsusunta untuk menyusu menu atau intervesi untuk meningkatkan sumber daya manusia SDM, mulai dari keadaaan kesehatan dan gizi serta produktivitasnya. Mengetahui asupan makanan suatu kelompok masyarakat atau individu merupakan salah satu cara untuk menduga keadaan gizi kelompok mayarakat atau individu bersangkutan Sumarno et al, 1997. Kebutuhan ibu hamil akan Fe meningkat untuk pembentukan plasenta dan sel darah merah sebesar 200-300%. Perkiraan besaran zat besi yang perlu ditimbun selama hamil ialah 1040 mg. Dari jumlah ini, 200 mg Fe tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840 mh sisanya hilang. Sebanyak 300 mg Fe ditransfer ke janin, dengan 50-75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah darah merah, dan 200 mg lenyap ketika melahirkan Naibaho, 2011. Pemberian tablet Fe di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 85%. Presentase ini mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2011 yang sebesar 83,8 %. Meskipun pemerintah sudah melakukan program penanggulangan anemia pada ibu hamil yaitu dengan memberikan 90 tablet Fe kepada ibu hamil selama periode kehamilan dengan tujuan menurunkan angka anemia ibu hamil, tetapi kejadian anemia masih tinggi Kemenkes RI, 2013. Besarnya angka kejadian anemia ibu hamil pada trimester I kehamilan adalah 20%, trimester II sebesar 70%, dan trimester III sebesar 70%. Hal ini disebebkan karena pada trimester pertama kehamilan, zat besi yang dibutuhkan sedikit karena terjadi menstruasi dan pertumbuhan janin masih lambat. Menginjak trimester kedua hingga ketiga, volume darah dalam tubuh wanita akan meningkat sampai 35%, ini ekuivalen dengan 450 mg zat besi untuk memproduksi sel-sel darah merah. Sel darah merah harus mengangkut oksigen lebih banyak untuk janin. Sedangkan saat melahirkan, perlu tambahan besi 300-350 mg akibat kehilangan darah. Sampai saat melahirkan, wanita hamil butuh zat besi sekitar 40 mg perhari atau dua kali lipat kebutuhan kondisi tidak hamil Saribu, 2006. World Health Organization WHO pada tahun 2012 melaporkan bahwa prevalensi anemia pada ibu hamil di dunia berkisar rata-rata 14%, di negara industri 56% dan di negara berkembang antara 35%-75%. Hasil Riset Kesehatan Dasar Riskesdas pada tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi anemia gizi ibu hamil di Indonesia sebesar 24,5 % dan pada tahun 2013 sebesar 37,1%. Sementara Sistem Kesehatan Nasional SKN tahun 2012 menunjukkan bahwa angka ibu hamil dengan anemia di Indonesia yaitu sebesar 40%. Profil Kesehatan Sulawesi Selatan tahun 2013 menuliskan bahwa terdapat 28,1% penderita anemia pada ibu hamil. Presentase anemia pada ibu hamil di Kota Makassar sebesar 25,5% dan di Puskesmas Pertiwi Makassar sebesar 30% Kemenkes RI 2007, 2013; Puskesmas Pertiwi, 2017; WHO 2012. Karena masalah anemia pada ibu hamil merupakan masalah penting yang erat hubungannya dengan masalah mortalitas maternal, maka penting untuk dilakukannya suatu identifikasi mengenai gambaran karakteristik anemia pada ibu hamil yang dibatasi pada masalah paritas dan status gizi. Oleh karena itu, dilakukan observasi data awal melalui wawancara dengan kepala ruangan pada bulan Februari 2018 dan diperoleh hasil bahwa jumlah ibu hamil di Puskesmas Pertiwi sebanyak 348 orang pada tahun 2017. Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan tingkat Jurnal Ilmiah Kesehatan JIKA Vol. 1, No. 1, Agustus 2019 11 pengetahuan gizi, asupan makan, dan kepatuhan konsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia pada ibu hamil. METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah survey analitik dengan rancangan penelitian cross sectional yaitu untuk memperoleh informasi mengenai hubungan antara pengetahuan, asupan makan, dan kepatuhan konsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Pertiwi Makassar 2018 yang dilaksanakan pada bulan Februari-Agustus 2018. Populasi dalam penelitian adalah semua ibu hamil yaitu sebanyak 348 berdasarkan catatan rekam medik di Puskesmas Pertiwi Kota Makassar tahun 2018. Sedangkan subjek dalam penelitian ini adalah 158 ibu hamil di Puskesmas Pertiwi Makassar dengan cara accidental sampling, yaitu semua ibu hamil yang menderita anemia yang tercantum didalam buku register. Penentuan jumlah sampel berdasarkan pengembangan rumus yang ditemukan oleh Issae dan Newton tahun 1976, besar jumlah sampel dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut Sugiyono, 2014. Pengumpulan data dibagi menjadi dua yaitu data primer yang diperoleh dengan menggunakan metode observasi langsung dengan menggunakan kuesioner yang berisi tingkat pengetahuan gizi, asupan makanan, dan konsumsi tablet Fe. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui data yang dikumpulkan dari register pasien dengan bantuan ceklist dan rekam medis. Data tersebut kemudian diolah dengan menggunakan sistem komputerisasi meliputi pengeditan editing, pengkodean coding, dan entry data. Selanjutnya dilakukan teknik analisis data melalui analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan SPSS versi 23. Hasil akhir kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi disertai dengan penjelasan. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik subjek Karakteristik deskriptif subjek yang dianalisis ditunjukkan pada Tabel 1 yang menunjukkan bahwa kelompok umur subjek paling banyak adalah 21-25 tahun dengan persentase 39,9%, umur subjek 31-35 tahun sebanyak 50 dengan persentase 31,6%, dan yang paling sedikit umur 26-30 dengan persentase 28,3%. Pekerjaan subjek yang paling banyak bekerja sebagai ibu rumah tangga Ibu Rumah Tangga dengan persentase 92 orang 58,2%, yang bekerja sebagai Swasta sebanyak 53 orang dengan persentase 33,5 %, dan yang bekerja sebagai PNS sebanyak 13 orang 8,2%. Pendidikan subjek paling banyak adalah 76 orang dengan persentase 48,1%, pendidikan tingkat SMA subjek sebanyak 57 orang 36,1% dan pendidikan Sarjana paling sedikit 25 orang 15,8%. Hariati et al. Vol. 1, No. 1, Agustus 2019 12 Tabel 1. Karakteristik subjek n=158 Umur 21 – 25 tahun 26 – 30 tahun 31 – 35 tahun Pendidikan SMP SMA Sarjana Pengetahuan gizi Cukup Kurang Asupan makanana Cukup Kurang Kepatuhan konsumsi tablet Fe Patuh Tidak Patuh Sumber Data primer, 2018 Tabel 1 juga menunjukkan bahwa pengetahuan gizi subjek yang kurang sebanyak 98 orang 62,0% sedangkan yang cukup sebanyak 60 38,0% orang. Sementara asupan makanan kurang dan subjek tidak patuh dalam mengkonsumsi tablet Fe memiliki persentase yang sama yaitu masing-masing sebanyak 90 orang 57,0%, sedangkan subjek yang asupan makanan cukup dan patuh dalam konsumsi tablet Fe masing-masing sebanyak 68 orang 43,0%. Untuk kejadian anemia, subjek anemia paling banyak adalah 118 orang 74,6%, dan responden yang tidak anemia sebanyak 40 orang 25,3%. Hubungan pengetahuan gizi dengan anemia pada ibu hamil Tabel 2 menunjukkan analisis hubungan antara pengetahuan gizi dengan anemia pada ibu hamil yang diperoleh bahwa subjek dengan pengetahuan kurang dan mengalami anemia sebanyak 38 orang 63,3% dan subjek dengan pengetahuan kurang dan tidak mengalami anemia sebanyak 22 orang 36,7%, sedangkan ibu yang pengetahuan cukup dan mengalami anemia sebanyak 80 orang 81,6%, dan subjek dengan pengetahuan cukup dan tidak mengalami anemia sebanyak 18 orang 18,4%. Jurnal Ilmiah Kesehatan JIKA Vol. 1, No. 1, Agustus 2019 13 Tabel 2. Hubungan pengetahuan gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Pertiwi Kota Makassar Sumber Data primer, 2018 Hasil pengujian secara statistik chi-square diperoleh p=0,017. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi terhadap kejadian anemia pada ibu hamil p=<0,05. Ibu hamil yang mempunyai pengetahuan kurang tentang anemia akan berperilaku negatif, sedangkan ibu hamil yang mempunyai pengetahuan cukup akan berperilaku positif dalam hal ini adalah perilaku untuk mencegah atau mengobati anemia. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan pengetahuan tentang anemia kepada ibu hamil. Berdasarkan hasil penelitian di Puskesma Pertiwi terlihat bahwa tingkat pengetahuan tentang anemia pada ibu hamil masih banyak yang termasuk kategori kurang. Hal ini disebabkan karena pemahaman tentang pengertian anemia, hal-hal yang menyebabkan anemia, tanda dan gejala anemia, hal-hal yang diakibatkan apabila terjadi anemia, maupun tentang perilaku kesehatan untuk mencegah terjadinya anemia masih kurang sehingga masih sulit untuk menghindari terjadinya anemia kehamilan. Ibu hamil yang mempunyai pengetahuan kurang tentang anemia dapat berakibat pada kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi selama kehamilan yang dikarenakan oleh ketidaktahuannya. Berbeda dengan hasil penelitian dari Siska Lailita Puspita Sari 2011 yang menyatakan bahwa pengetahuan tidak berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Sejalan dengan penelitian Sri Purwaningsih et al. 2006 di Bantul juga menyatakan bahwa ibu hamil yang memiliki pengetahuan mengenai anemia yang cukup baik, belum dapat mendorong ibu hamil dalam memilih atau mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak zat besi. Sementara BKKBN 2009 menyataan bahwa pengetahuan ibu hamil tentang kesehatan khususnya anemia akan berpengaruh terhadap perilaku ibu hamil pada pelaksanaan program pencegahan anemia. Peningkatan pengetahuan tentang anemia ini dapat dilakukan dengan cara penyuluhan yang berdasarkan karakteristiknya agar materi penyuluhan dapat diterima oleh semua ibu hamil meskipun karakteristiknya berbeda. Misalnya, pemberian penyuluhan pada ibu hamil yang berpendidikan rendah menggunakan cara berbeda dengan penyuluhan yang dilakukan pada ibu hamil yang berpendidikan tinggi. Hubungan asupan makanan dengan kejadian anemia pada ibu hamil Tabel 3 menunjukkan analisis hubungan antara asupan makanan dengan anemia pada ibu hamil yang diperoleh bahwa subjek dengan asupan makanan kurang dan mngalami anemia sebanyak 75 orang 83,3% dan subjek dengan asupan makanan kurang dan tidak mengalami anemia sebanyak 15 orang 16,7%, sedangkan subjek yang asupan makanan cukup dan mengalami anemia sebanyak 43 orang 63,2% dan ibu yang asupan makanan cukup dan tidak mengalami anemia sebanyak 25 orang 36,8%. Hariati et al. Vol. 1, No. 1, Agustus 2019 14 Tabel 3. Hubungan asupan makanan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Pertiwi Kota Makassar Sumber Data primer, 2018 Hasil pengujian secara statistik chi-square diperoleh p=0,007. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara asupan makanan terhadap kejadian anemia pada ibu hamil p=<0,05. Asupan makan yang kurang pada ibu hamil dapat dilihat dari segi pengaturan jumlah dan jenis makanan yang belum sesuai dengan gizi seimbang ibu hamil, ibu tidak sarapan pagi, makanan seadanya, makan terlalu sedikit, makan yang mengandung protein hanya sedikit tidak sesuai kebutuhan gizi seimbang, terlalu banyak gula dan minyak, tidak pernah makan makanan cemilan, dan terlalu sering mengkonsumsi makanan yang cepat saji. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sandrayayuk et al. 2013 yang menunjukkan bahwa ada hubungan asupan makan dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Puskesmas Tuminting. Hal ini menunjukkan bahwa asupan makan yang kurang saat kehamilan akan menyebabkan asupan protein dan vitamin tidak sesuai dengan kebutuhan, metabolisme tidak seimbang sehingga pembentukan Hb terhambat dan kebutuhan tubuh akan zat gizi baik mikro maupun makro tidak terpenuhi, sehingga akan berakibat pada munculnya berbagai masalah gizi dan anemia saat kehamilan Soetjiningsih, 2007. Sejalan dengan teori menurut Nadeak 2011 asupan makan adalah cara seseorang, kelompok orang dan keluarga dalam memilih jenis dan jumlah bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang atau lebih dan mempunyai khas untuk satu kelompok tertentu. Wanita sebagai calon ibu harus dimotivasi untuk mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gizi. Karena pada saat masa kehamilan kebutuhan akan kalsium, zat besi, dan asam folat meningkat Manuaba, 2010. Ibu hamil harus tahu dan mampu menerapkan asupan makan sehat. Selama masa hamil atau menyusui ibu harus memperhatikan makanan yang dikonsumsi. Makanan bergizi adalah makanan yang mengandung zat tenaga, zat pembangun, dan zat yang sesuai dengan kebutuhan gizi. Makanan bergizi ini untuk memenuhi kebutuhan janin dan meningkatkan produksi ASI Soetjiningsih, 2012. Hubungan kepatuhan konsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia pada ibu hamil Tabel 4 menunjukkan hasil analisis hubungan antara kepatuhan konsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia pada ibu hamil diperoleh bahwa subjek yang tidak patuh konsumsi tablet Fe dan mengalami anemia sebanyak 43 orang 63,2% dan subjek yang tidak patuh konsumsi tablet Fe dan tidak mengalami anemia sebanyak 25 orang 36,8%, sedangkan subjek yang patuh konsumsi tablet Fe dan mengalami anemia sebanyak 15 orang 16,7% dan subjek yang patuh konsumsi tablet Fe dan tidak mengalami anemia sebanyak 75 orang 83,3%. Jurnal Ilmiah Kesehatan JIKA Vol. 1, No. 1, Agustus 2019 15 Tabel 4. Hubungan kepatuhan konsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Pertiwi Kota Makassar Sumber Data primer, 2018 Hasil pengujian secara statistik chi-square diperoleh p=0,000. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kepatuhan konsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia pada ibu hamil p=<0,007. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Rahmawati et al. 2008 menunjukkan bahwa kepatuhan ibu dalam mengonsumsi zat besi dipengaruhi oleh tersedianya tablet Fe di tempat pelayanan kesehatan, meskipun untuk mendapatkannya perlu mengeluarkan biaya yang tinggi. Kepatuhan ibu dalam mengkosumsi tablet Fe juga bisa dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu tentang tablet Fe itu sendiri. Jika, ibu mengerti tentang manfaat tablet Fe itu sendiri, maka ibu akan patuh dalam mengkosumsinya. Hidayah dan Anasari 2012 menyatakan bahwa kepatuhan mengkonsumsi tablet besi diukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi, waktu mengkonsumsi. Menurut Wiknjosastro 1997 kepatuhan konsumsi tablet besi adalah apabila ibu hamil mengkonsumsi ≥ 90% dari tablet besi yang seharusnya. Hasil dari penelitian ini juga sesuai dengan hipotesis yang disusun dalam penelitian Hidayah dan Anasari 2012 yaitu ada hubungan antara kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester III. Kejadian anemia pada ibu hamil trimester III dapat dihindari dengan patuh mengkonsumsi tablet Fe sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, selain itu juga bisa didukung dengan pemenuhan nutrisi yang berasal dari makanan yang dikonsumsi dan juga menghindari faktor-faktor yang dapat menjadikan resiko ibu hamil untuk terkena anemia. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian obeservasi langsung melalui kuesioner di Puskesmas Pertiwi bahwa masih banyak terdapat responden yang tidak mengkonsumsi tablet Fe mulai awal kehamilan bahkan ada responden yang usia kandungan sudah hampir mencapai 9 bulan tetapi dia tidak mengkonsumsi tablet Fe. KESIMPULAN Ada hubungan tingkat pengetahuan gizi, asupan makanan, dan konsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Pertiwi Makassar. Oleh karena itu, program pemberian penyuluhan kepada ibu hamil sebaiknya dilakukan dengan strategi yang berbeda antara masyarakat yang berpengetahuan cukup dan kurang agar ibu hamil lebih mudah memahami anemia yang pada akhirnya dapat menurunkan kejadian anemia. Selain itu, pentingya penyuluhan pada ibu hamil baik di Puskesmas Pertiwi maupun di lapangan Posyandu tentang makanan yang banyak mengandung kaya akan zat besi seperti daun kelor sebab daun kelor mengandung asam folat, besi, kalium, vitamin C, vitamin B kompleks, kalsium dan Zink yang baik untuk ibu hamil Hariati et al. Vol. 1, No. 1, Agustus 2019 16 dan janin di kandungannya. Kepatuhan dan tata cara minum tablet Fe juga perlu ditingkatkan sebagai penanggulangan anemia ibu hamil selama kehamilan. DAFTAR PUSTAKA Assis Z, Aleem M, Enawgaw B. 2014. Prevalence of anemia and associated risk factors among pregnant women attending antenatal care in azezo health Gondar Town, Northwest Ethiopia. Ankara J Interdiscipl Histopathol. Bobak, L. 2005. Keperawatan maternitas, Edisi 4. Jakarta EGC. BKKBN 2009. Pedoman pelayanan KB dalam jaminan kesehatan masyarakat. Jakarta BKKBN. Cunninggham, Leveno, Bloom, Hauth, Rouse, Spong. 2013. Obstetri Williams. Jakarta EGC. Farsi Y, Brooks D, Werler M, Cabral H, Al-Shafei M, Wallenbrurg H. 2011. Effect of high parity on accurrence of anemia in pregnancy a cohort study. BMC Pregnancy and Children. 117. Hastuti I, 1996, Pengaruh tingkat pengetahuan gizi dan tingkat pendidikan ibu terhadap pola konsumsi makanan balita kelompok Posyandu Dusun Kepitu Desa Trimulyo Kecamatan Sleman Kabupaten Sleman, IKIP Negeri Yogyakarta Hidayah W, Anasari. 2012. Hubungan kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia di Desa Pageraji Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas. Bidan Prada. 32. Hidayat AAA. 2017. Metode penelitian kebidanan dan teknik analisis data, Jakarta Salemba Medika Kemenkes RI. 2007. Riset kesehatan dasar 2007. In Indonesia KKR, editor. Jakarta Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 2007. Kemenkes RI. 2013. Riset kesehatan dasar 2013 In Indonesia KKR, editor. Jakarta Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 2013. Manuaba. 2002. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan KB untuk pendidikan bidan. Jakarta EGC Manuaba, IBG. 2010. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan KB untuk pendidikan bidan edisi 2. Jakarta EGC Nadeak M. 2011. Gambaran pola makan dan status gizi anak balita berdasarkan karakteristik keluarga Di Kelurahan Pekan Dolok Marsihul Tahun 2011. [Skripsi]. USU. Naibaho. 2011. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia gizi besi pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Parsoburan Kec. Habinsaran Kabupaten Toba Samosir Tahun 2011. [Skripsi]. Medan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara. Popa AD, Nita O, Graur LI, Popescu RM, Bornariu CE. 2013. Nutritional knowledge as a determinant of vitamin and mineral supplementation during pregnancy. BMC Public Health. 131105 10 Prawirohardjo S, Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu kebidanan. Jakarta Yayasan Bina Pustaka. Puskesmas Pertiwi. 2017. Profil kesehatan Puskesmas Pertiwi tahun 2017. Makassar Puskesmas Pertiwi. Rahmawati D, Mursiyam, Sejati W. 2008. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan Jurnal Ilmiah Kesehatan JIKA Vol. 1, No. 1, Agustus 2019 17 ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi di Desa Sokaraja Tengah Kecamatan Sokaraja Kabupaten Bayumas Purwokerto. The soedirman jurnal of nursing. Universitas Jendral Soedirman. Vol. 3. Ridayanti. 2012. Hubungan tingkat pendidikan ibu hamil dengan kejadian anemia pada kehamilannya di Puskesmas Banguntapan 1 Bantul. Jurnal Sandrayayuk M, Benny W, Jolie S. 2013 Hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Tuminting Kec. Tuminting Kota Manado. Ejournal Keperawatan. Saribu. 2006. Anemia dalam kehamilan dan penanggulangannya. Jakarta Gramedia Pustaka Utama. Siska Lailita Puspita Sari. 2011. Faktor yang berpengaruh dengan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia di Bidan Praktek Swasta Yohana Triani Bandarharjo Kota Semarang. Jurnal KTI. Soetjiningsih. 2007. Tumbuh kembang anak. Surabaya Penerbit Buku Kedokteran. Soetjiningsih. 2012. Perkembangan anak dan permasalahannya dalam buku ajar 1 ilmu perkembangan anak dan remaja. Jakarta Sagungseto. Pp 86-90. Sri Purwaningsih, Marlia, Akhmadi. 2006. Analisis faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet Fe. JIK. 12. Sugiyono. 2014. Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung Alfabeta Sumarno I, S Latinulu, E Saraswati. 1997. Pola konsumsi makanan rumah tangga Indonesia. Gizi Indonesia. 221 39-61 WHO [World Health Organization]. 2012. Haemoglobin concentrations for the diagnosis of anemia and assessment of severity vitamin and mineral nutrition information system. Winkjosatro H. 2009. Ilmu kebidanan. Edisi ke-4 Cetakan ke-2. Jakarta Yayasan Bina Pustaka. ... 11,12 Selama masa kehamilan, ibu hamil rentan mengalami defisiensi besi karena kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga akan memicu peningkatan produksi eritropoetin. 13,14,15 Suplemen Fe yang diminum secara rutin selama masa kehamilan merupakan praktik untuk mencegah defisiensi besi dan anemia. Terdapat banyak studi penelitian yang menyebutkan bahwa kepatuhan minum suplemen zat besi pada wanita hamil berhubungan positif dengan kejadian anemia. ...Widia Zahra Iflan NauvalTgk Puspa DewiMarisa MarisaAbstrak Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling sering terjadi di dunia. Selama masa kehamilan, semua ibu hamil harus mengkonsumsi minimal 90 tablet Fe untuk mencegah terjadinya anemia selama masa kehamilan. Ibu hamil juga mengalami peningkatan kebutuhan nutrisi untuk ibu dan janin karena status gizi yang baik akan menghindarkan terjadinya anemia pada ibu hamil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kelengkapan konsumsi fe dan status gizi terhadap kejadian anemia di kota Banda Aceh. Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan cross sectional, menggunakan data primer berupa kuisioner dan data sekunder rekam medis buku KIA Puskesmas. Total sampel pada penelitian ini yaitu 87 orang yang memenuhi keriteria inklusi dan eksklusi di Puskesmas Kopelma Darussalam, Puskesmas Lampaseh Kota dan Puskesmas Lampulo sejak 6 desember 2021 – 10 januari 2022. Pengolahan data menggunakan analisis univariate dan bivariate dengan uji korelasi spearman. Hasil penelitian ini menunjukkan ibu hamil yang tidak anemia 62,1% dan ibu hamil anemia 37,9% sedangkan ibu hamil non KEK 86,2% dan ibu hamil KEK 13,8%. Pada uji korelasi spearman didepatkan nilai p value 0,011 p 0,05 artinya terdapat hubungan yang signifikan antara kelengkapan dalam mengkonsumsi Fe dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Kota Banda Aceh dan didapatkan nilai p value 0,00 p 0,05 artinya terdapat hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Kota Banda Aceh. Kata kunci Anemia, Status Gizi, Tablet Fe Abstract Anemia is one of the most common health problems in the world. During pregnancy, all pregnant women must consume at least 90 Fe tablets to prevent anemia during pregnancy. Pregnant women also experience increased nutritional needs for mother and fetus because good nutritional status will prevent anemia in pregnant women. This study aims to determine the relationship between completeness of iron consumption and nutritional status on the incidence of anemia in the city of Banda Aceh. This study used an observational analytic method with a cross sectional approach, using primary data in the form of questionnaires and secondary data from medical records from the MCH Health Center book. The total sample in this study was 87 people who met the inclusion and exclusion criteria at the Kopelma Darussalam Health Center, Lampaseh City Health Center and Lampulo Health Center from 6 December 2021 to 10 January 2022. Data processing used univariate and bivariate analysis with the Spearman correlation test. The results of this study indicate that pregnant women who are not anemic and pregnant women are anemic while pregnant women are non- CED and pregnant women are CED In the Spearman correlation test, a p value of p was found, meaning that there was a significant relationship between completeness in consuming Fe and the incidence of anemia in pregnant women in Banda Aceh City and a p value of p was obtained. It means that there is a relationship between nutritional status and the incidence of anemia in pregnant women in Banda Aceh anemia, Fe tablets, nutritional statusPendidikan merupakan hal fundamental untuk membangun bangsa. Melalui pendidikan terjadi suatu proses transformasi nilai, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Karena itu, kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sistem pendidikan yang dianut. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang tidak luput dari upaya mencari format dan sistem pendidikan yang tepat sesuai dengan potensi wilayah dan budaya bangsa sendiri. Keinginan kuat untuk sejajar dengan negara maju lainnya, terus diupayakan, namun dengan tetap mempertahankan jatidiri bangsa yang Bhinneka Tunggal Ika. Namun dalam proses perjalanan yang cukup panjang, ternyata bangsa Indonesia menghadapi berbagai masalah dan konflik sehingga keinginan untuk maju dengan berlandaskan jatidiri bangsa sendiri belum dapat tercapai, bahkan cenderung sebaliknya, sudah tidak mencapai kemajuan yang berarti, diiringi pula oleh krisis moral yang sudah berada pada titik yang cukup is a critical period for both woman and baby from a nutritional perspective. Nutritional education is considered an important tool for promoting a healthy lifestyle, but has not been studied as a determinant for maternal use of supplements during pregnancy, especially in Romania, where evidence about pregnancy and nutrition is scarce. This study aimed to evaluate the relationship between nutritional knowledge and the use of folic acid, iron and multivitamin supplements during pregnancy and to assess the influence of socio-demographic factors and prenatal care. We conducted a cross-sectional study on a sample of 400 pregnant women admitted to the Cuza-Voda Obstetrics and Gynaecology Clinical Hospital in Iasi, Romania, during August-September 2010. We collected self-reported data regarding socio-demographic characteristics, number of prenatal check-ups and the use of folic acid, iron and multivitamin supplements during pregnancy. We assessed nutritional knowledge using a standardized questionnaire divided into three sections general nutritional recommendations for pregnant women; the roles of nutrients; and sources of nutrients. We used logistic regression to analyse the associations between these factors. The prevalence of the use of supplements during pregnancy was 48% for folic acid, for iron and 68% for multivitamins. Above-average nutritional knowledge was independently associated with the use of folic acid aOR, 95% CI, iron aOR, 95% CI, and multivitamins aOR, 95% CI, The use of folic acid was independently associated with a higher level of formal education aOR, 95% CI, and an early start in prenatal care aOR, 95% CI, Women with a higher education aOR, 95% CI, more than 10 prenatal visits aOR, 95% CI, and those who received advice on breastfeeding aOR, 95% CI, were more likely to use iron during pregnancy. Similar results were found when analysing the contributing factors for the use of multivitamins more than 12 years of schooling aOR, 95% CI, and appropriate prenatal care aOR, 95% CI, Level of nutritional knowledge has a strong independent association with the use of supplements during pregnancy. Yahya Al-FarsiDaniel R BrooksMartha M. WerlerHenk C WallenburgStudies that explore the controversial association between parity and anaemia-in-pregnancy AIP were often hampered by not distinguishing incident cases caused by pregnancy from prevalent cases complicated by pregnancy. The authors' aim in conducting this study was to overcome this methodological concern. A retrospective cohort study was conducted in Oman on 1939 pregnancies among 479 parous female participants with available pregnancy records in a community trial. We collected information from participants, the community trial, and health records of each pregnancy. Throughout the follow-up period, we enumerated 684 AIP cases of which 289 were incident cases. High parity HP, ≥ 5 pregnancies accounted for of total pregnancies. Two sets of regression analyses were conducted the first restricted to incident cases only, and the second inclusive of all cases. The relation with parity as a dichotomy and as multiple categories was examined for each set; multi-level logistic regression MLLR was employed to produce adjusted models. In the fully adjusted MLLR models that were restricted to incident cases, women with HP pregnancies had a higher risk of AIP compared to those who had had fewer pregnancies Risk Ratio, RR = 95% CI the AIP risk increased in a dose-response fashion over multiple categories of parity. In the fully adjusted MLLR models that included all cases, the association disappeared RR = 95% CI and the dose-response pattern flattened. This study shows the importance of specifying which cases of AIP are incident and provides supportive evidence for a causal relation between parity and occurrence of incidental GozaliPola makan merupakan berbagai infromasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi setiap hari oleh satu orang. Pola makan yang kurang baik menjadi salah satu penyebab terjadinya anemia pada masa kehamilan karena kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi. Anemia pada ibu hamil akan mengakibatkan peningkatan risiko pendarahan pada saat persalinan dan berat badan bayi lahir rendah. Pada penelitian ini menganalisa tentang hubungan pola makan dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Penelitian ini merupakan jenis penelitian korelasional dengan pendekatan cross sectional. Variabel dependen pada penelitian ini adalah pola makan, sedangkan variabel independennya yaitu anemia pada ibu hamil. Pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 25 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan pemeriksaan Hb haemoglobin ibu hamil menggunakan meode sahli. Analisa data menggunakan uji statistik korelasi pearson product moment. Hasil penelitian ini menunjukkan sebagain besar 17 68% responden mengalami anemia ringan dan 11 44% responden memiliki pola makan yang cukup. Pola makan pada ibu hamil berhubungan bermakna dengan kejadian anemia p<0,05. Hubungan antara pola makan dengan kejadian anemia kuat, dengan intrepretasi semakin kurang pola makan ibu hamil maka kejadian anemia semakin tinggi. Ibu hamil diharapkan memiliki pola makan yang baik sesuai jumlah kebutuhan pada masa kehamilanPrevalence of anemia and associated risk factors among pregnant women attending antenatal care in azezo health Gondar TownZ AssisM AleemB EnawgawAssis Z, Aleem M, Enawgaw B. 2014. Prevalence of anemia and associated risk factors among pregnant women attending antenatal care in azezo health Gondar Town, Northwest Ethiopia. Ankara J Interdiscipl pelayanan KB dalam jaminan kesehatan masyarakatL BobakBobak, L. 2005. Keperawatan maternitas, Edisi 4. Jakarta EGC. BKKBN 2009. Pedoman pelayanan KB dalam jaminan kesehatan masyarakat. Jakarta penelitian kebidanan dan teknik analisis dataAaa HidayatHidayat AAA. 2017. Metode penelitian kebidanan dan teknik analisis data, Jakarta Salemba MedikaJakarta Badan Penelitian dan Pengembangan KesehatanR I KemenkesKemenkes RI. 2007. Riset kesehatan dasar 2007. In Indonesia KKR, editor. Jakarta Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan kebidanan, penyakit kandungan dan KB untuk pendidikan bidanManuabaManuaba. 2002. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan KB untuk pendidikan bidan. Jakarta EGCIlmu kebidanan, penyakit kandungan dan KB untuk pendidikan bidan edisi 2Ibg ManuabaManuaba, IBG. 2010. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan KB untuk pendidikan bidan edisi 2. Jakarta EGC Nadeak M. 2011. Gambaran pola makan dan status gizi anak balita berdasarkan karakteristik keluarga Di Kelurahan Pekan Dolok Marsihul Tahun 2011. [Skripsi].
100% found this document useful 6 votes8K views21 pagesCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOC, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 6 votes8K views21 pagesMakalah Anemia Pada Ibu HamilJump to Page You are on page 1of 21 You're Reading a Free Preview Pages 6 to 15 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Page 19 is not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
makalah anemia pada ibu hamil